REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sejumlah pekerja tampak sedang membongkar atau membelah 'bangkai' bus Transjakarta di sebuah lahan kosong di Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lahan tersebut berada tepat di depan Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi, Jalan Raya Dramaga KM 7, Kabupaten Bogor.
Usai dibelah, rangkaian besi dan mesin dari bus yang tidak berfungsi itu akan dibawa ke sebuah daerah di Bekasi untuk dilebur. “Semuanya setelah kita potong-potong, nanti akan dibawa ke peleburan untuk diolah kembali,” ujar seorang mandor bernama Fachrul Rozi atau Oji ketika ditemui Republika di lokasi, Senin (2/11).
Sejauh ini, Oji mengatakan, para pekerjanya telah membelah sekitar 20 armada bus dalam waktu sepekan. Setidaknya, ada ratusan pekerja yang bekerja bersamanya. Namun, Oji tidak merincikan berapa jumlah pekerjanya.
Untuk membelah satu bus, sambung dia, diperlukan empat orang pekerja. “Satu bus ada empat yang bekerja. Tiga orang motong, satu orang kernet,” kata Oji.
Saat ini, Oji mengatakan kurang lebih masih ada 222 unit bus yang masih belum dikerjakan. Namun, Oji dan timnya hanya bekerja untuk membelah atau membongkar bus TransJakarta yang berukuran kecil dengan bangku plastik. Sementara di sisi lain ada pekerja dari pihak lain yang bertugas untuk mengerjakan bus berukuran panjang.
“Memang kita beda-beda orang, nanti kita akan kerjain sampai di parkiran yang paling ujung,” tuturnya.
Pantauan Republika, ratusan bus berwarna oranye tampak berjejer di lahan kosong tersebut. Bus-bus tersebut tampak berkarat di banyak sisi, dengan kaca yang tidak lagi bening. Beberapa bus bahkan tampak terlilit oleh tumbuhan liar karena sudah terlalu lama dibiarkan di sana.
Selain itu, tampak bagian-bagian badan bus berserakan di tanah yang becek dan berlumpur. Seperti bangku plastik, ban, pecahan kaca, potongan besi badan bus, serta mesin-mesin yang sudah dibongkar. Di dalam beberapa bus yang belum dibelah juga terdapat selimut, bantal, dan pakaian karena digunakan oleh para pekerja untuk bermalam.
Oji menjelaskan, selain menghancurkan kaca dan besi yang sudah tidak bisa digunakan, nantinya mesin-mesin yang berasal dari Cina itu juga akan dilebur. “Mesin juga dilebur. Mesin dari Cina siapa yang mau pake? Kecuali kalau dari Mitsubishi atau Hino bisa dipakai lagi buat mesin kapal,” ujarnya.
Untuk membelah bagian-bagian bus ini, dibutuhkan 300 tabung oksigen dengan bahan bakar gas elpiji. Dalam sehari, dibutuhkan setidaknya 40 tabung gas seberat 12 kilogram.
Saat ini, sejumlah potongan besi bus yang sudah dibelah sudah dibawa ke tempat peleburan. Oji mengungkapkan, pihaknya diberi waktu hingga akhir 2020, untuk menyelesaikan semua bus yang berukuran kecil.
“Target kita dikasih waktu sampai akhir tahun, nanti kita akan kerjakan sampai ujung sana,” ucapnya sambil menunjuk ke deretan bus di ujung lahan kosong.
Republika juga sempat mengamati ratusan bus Transjakarta tahun pengadaan 2013--era Joko Widodo (Jokowi) sebagai gubernur DKI dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjadi wakilnya--yang diparkir tidak beraturan itu dari lantai dua bangunan SPBU, yang berada di samping kuburan bus.
Pada medio 2019, Manajer Humas, Sekretariat, dan Protokoler PT Inka, Hartono mengakui, perusahaannya menjadi salah satu peserta tender pengadaan bus Transjakarta tahun anggaran 2013. Hanya saja, dalam prosesnya pengadaan bus itu menyisakan persoalan hukum, yang membuat 36 bus milik PT Inka mangkrak dan ditempatkan di pangkalan Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD) di Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Hartono mengakui, semua unit bus tersebut belum diserahterimakan kepada Pemprov DKI, sehingga berstatus milik PT Inka sejak 2013 hingga kini. Dia mengatakan, PT Inka belum dapat memastikan kelanjutan nasib bus itu, karena menyangkut tanggung jawab kedua pihak.
"Kalau melihat ini kayaknya dibatalkan. Tapi pembatalannya yang secara hukum sama-sama ini seperti apa. Karena kalau dibatalkan masing-masing ada kewajiban," ujar Hartono kepada wartawan.