PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2021 menargetkan 30 pencatatan efek terbaru yang mencakup pencatatan efek saham, obligasi korporasi, exchange traded-fund (ETF), dana investasi real estate (DIRE) dan efek beragun aset. BEI membidik beberapa sektor usaha yang ditargetkan BEI untuk pencatatan saham baru adalah perusahaan teknologi dan perdagangan elektronik (e-commerce) yang diharapkan bisa melaksanakan penawaran saham perdana (IPO) di 2021 serta mengembangkan pasar modal syariah.
I Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, mengatakan, pihaknya melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan pencatatan efek baru pada tahun depan. Caranya adalah rutin menggelar pertemuan dan diskusi langsung dengan calon emiten, sosialisasi, workshop, asosiasi, Dirjen Pajak, dan kantor akuntan publik. “Dari sisi variasi perusahaan tercatat ada kombinasi, bukan hanya perusahaan konvesional, kita mengarah perusahaan teknologi dan e-commerce,” ujar Nyoman Yetna pada jumpa pers virtual Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Pada kesempatan yang sama, Hasan Fawzi, Direktur Pengembangan BEI, menambahkan BEI berupaya mengembangkan pasar modal syariah dalam lima tahun mendatang. Jumlah investor syariah berkisar 6% dari jumlah total investor saham hingga Oktober 2020. “Pengembangan pasar modal syariah merupakan salah satu pilar pertumbuhan. BEI melakukan serangkaian inisiatif di area pertumbuhan baru, salah satu area baru ini adalah pasar modal syariah,” ujar Hasan.
Rencananya, BEI ingin mendongkrak porsi investor saham syariah menjadi 10%. Serangkaian program untuk menyokong target itu adalah rutin mengedukasi investor syariah, pengembangan infrastruktur saham syariah dan memperkuat sinerngi dengan pemangku kepentingan. “Seperti tahun ini mengembangkan aspek filantropi di pasar modal syariah ada wakaf saham,” sebut Hasan.
Adapun, BEI pada 2021 membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) senilai Rp 8,5 triliun, atau melampaui rata-rata nilai transaksi harian RKAT-revisi tahun 2020 sebesar Rp 7,75 triliun. Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi mengatakan, pihaknya mempertimbangkan sejumlah faktor dalam menyusun RKAT 2021 dan pengembangan lain yang akan dilakukan BEI ke depan. Pihaknya optimistis terhadap kenaikan RNTH mengingat potensi kenaikan jumlah investor ritel dan terdapat pengembangan produk baru.
Rencana pengembangan bursa dari seluruh pemangku kepentingan di pasar modal dikoordinasikan untuk terus membangun BEI menjadi penyelenggara perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien serta terus memberikan nilai tambah bagi industri jasa keuangan secara keseluruhan. “Koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia (BI), pemerintah, anggota bursa, SRO, dan tentunya juga dari kalangan asosiasi,” ucap Inarno.
Total pendapatan yang diproyeksikan BEI pada 2021 adalah sebesar Rp1,12 triliun atau atau lebih tinggi dibandingkan total pendapatan di revisi RKAT 2020 senilai Rp 957,54 miliar. Proyeksi atas biaya usaha BEI untuk tahun 2021 adalah sebesar Rp 960,91 miliar sehingga laba sebelum pajak menjadi Rp162,87 miliar. Setelah dikurangi estimasi beban pajak sebesar Rp 43,15 miliar, maka perkiraan perolehan laba bersih BEI pada 2021 adalah sebesar Rp119,72 miliar. Total Aset BEI pada tahun 2021 diproyeksikan akan sebesar Rp 3,16 triliun atau naik 7,07% dari RKAT 2020-revisi yang berjumlah Rp 2,95 triliun. Adapun saldo akhir kas dan setara kas, termasuk investasi jangka pendek, pada 2021 diproyeksikan mencapai Rp 1,63 triliun.
Master Plan BEI telah menyusun rencana strategis pengembangan pasar modal melalui master plan 2021-2025. Inarno mengemukakan pihaknya menginisiasi sejumlah insiatif ditetapkan dalam empat pilar utama pengembangan pasar modal pada master plan. Pilar pertama adalah meningkatkan efisiensi sebagai bursa efek dalam penggalangan dana dan aktivitas perdagangan untuk menarik partisipasi yang lebih besar. Sementara pilar kedua adalah mengembangkan area pertumbuhan baru, yang meliputi produk derivatif, EFT, serta layanan pasar modal syariah.
Pilar yang ketiga, BEI berupaya memperluas layanan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan pelaku pasar. Hal ini terkait dengan inisiatif pengembangan indeks baru, optimalisasi layanan data, serta pengembangan sistem perdagangan obligasi, pasar uang dan pasar valas. Sedangkan pilar keempat, BEI menjaga pasar yang teratur melalui tata kelola dan pengawasan berteknologi tinggi.
www.swa.co.id