REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ofisial French Open tidak akan ragu-ragu menggeser lagi turnamen Grand Slam tersebut tahun depan jika situasi kesehatan membutuhkannya. Hal itu diungkap Direktur Turnamen French Open, Guy Forget.
Federasi Tenis Prancis (FFT) menuai kritik keras pada pertengahan Maret ketika secara sepihak memindahkan French Open ke akhir September dari jadwal semula pada Mei di tengah krisis COVID-19, menempatkannya ke tengah musim lapangan keras.
"Jadi katakanlah jika besok, yang akan terjadi tahun depan, kita menghadapi masalah yang sama, kami mungkin akan mencoba menjalankan yang sama," kata Forget kepada wartawan, Ahad kemarin, menjelang babak utama Paris Masters seperti disiarkan Reuters, Senin (2/11).
Bekerja melalui masa-masa sulit selama turnamen 2020 bersama ATP dan WTA yang sangat positif, tambahnya.
"Mereka barangkali akan menjadi orang-orang pertama yang akan kami ajak bicara dan kami akan mendapat dukungan mereka."
Wimbledon tahun ini dibatalkan untuk pertamakalinya sejak Perang Dunia II karena pandemi tapi U.S. Open dan French Open berhasil digelar di tengah lingkungan yang dibatasi dan protokol kesehatan yang ketat.
Forget mengatakan, penyelenggara harus bergerak cepat dengan keputusan mereka untuk menjadwal ulang event tersebut dan khawatir tentang reaksi dari badan tenis lainnya pada saat itu.
"Saya tahu kami dikritik ketika kami mengubah tanggal Roland Garros. Kami melakukannya dengan sangat cepat. Kami membuat beberapa orang marah. Beberapa pemain sangat terkejut. Kami melakukannya sendiri," kata mantan petenis putra nomor empat dunia itu.
"Hal positifnya sekarang adalah orang-orang itu, dan terutama pemain, mengatakan kepada kami bahwa itu lah yang benar untuk lakukan. Jadi itu berhasil.
"Sekarang kami tahu mereka sangat mendukung, dan jika itu terjadi lagi tahun depan, kami mungkin pada tahap awal mencoba membayangkan untuk kembali sedikit memundurkan Roland Garros pada musim itu."