Senin 02 Nov 2020 17:58 WIB

Jerman Kembali Masuki Masa Lockdown Corona, Eropa Ketatkan Perbatasan

Jerman kembali berlakukan lockdown parsial mulai Senin (02/11).

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Marijan Murat/dpa/picture alliance
Marijan Murat/dpa/picture alliance

Jerman kembali memasuki masa penguncian (lockdown) parsial guna mengekang sebaran infeksi virus corona SARS-CoV-2, mulai Senin (02/11). Lockdown kali ini akan berlaku selama satu bulan.

Bersamaan dengan mulai berlakunya masa lockdown, Robert Koch Institute yang bertanggung jawab untuk memantau perkembangan kasus penyakit infeksi di Jerman, mengumumkan penurunan angka infeksi baru virus corona yang mencapai lebih dari 12.000 kasus.

Angka infeksi baru ini memang cenderung lebih rendah pada hari pertama dalam satu minggu karena tidak semua otoritas kesehatan melaporkan angka di wilayah mereka pada akhir pekan.

Infeksi COVID-19 telah meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir, sebagai imbasnya Kanselir Angela Merkel telah memberlakukan langkah-langkah pembatasan terhadap aktivitas publik.

Apa saja yang masih boleh buka?

Sejumlah orang menilai bahwa lockdown kali ini lebih ringan daripada yang diterapkan pada awal tahun di saat musim semi. Kali ini, sekolah dan toko masih tetap boleh buka. Gereja juga diizinkan mengadakan kebaktian, dan masyarakat pun boleh menggelar aksi protes.

Namun demikian, restoran dan bar akan ditutup, pertemuan di tempat umum dibatasi hanya untuk orang-orang dari dua rumah tangga. Selain itu, semua pusat rekreasi, seperti kolam renang dan pusat kebugaran juga ditutup.

Para pemimpin negara bagian dan tingkat federal dijadwalkan akan kembali bertemu dalam 10 hari mendatang untuk menilai apakah perlu memberlakukan pengetatan lebih lanjut, ataukah dapat menguranginya pada Desember mendatang. Semua itu bergantung pada tingkat infeksi.

Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mendesak warga untuk secara signifikan mengurangi kontak agar dapat menangani apa yang ia sebut sebagai “situasi abad ini”. Ia juga menekankan bahwa upaya nasional pada bulan November ini "diperlukan,” ungkap Spahn kepada lembaga penyiar publik Jerman, ZDF.

Sementara itu, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus melakukan karantina mandiri setidaknya selama beberapa hari setelah dia mengungkapkan bahwa dia berada di dekat seseorang yang telah dinyatakan positif COVID-19.

“Saya telah diidentifikasi sebagai kontak dari seseorang yang dites positif #COVID19. Saya baik-baik saja dan tidak menunjukkan gejala tetapi akan melakukan karantina mendiri dalam beberapa hari mendatang, sejalan dengan protokol WHO, dan bekerja dari rumah," ujar Tedros lewat akun Twitternya.

Gelombang kedua wabah corona di Eropa

Pangeran William dari Inggris diberitakan tertular virus corona pada bulan April, tetapi tidak mengumumkannya secara terbuka untuk menghindari kekhawatiran publik. Pewaris takhta Inggris tersebut dinyatakan sempat kesulitan bernapas akibat virus SARS-CoV-2, menurut laporan tabloid Inggris The Sun, dan dikuatkan oleh BBC.

Inggris saat ini juga tengah mempertimbangkan untuk perlu atau tidaknya memberlakukan lockdown, menyusul langkah Austria, Prancis dan Irlandia.

Pada hari Senin, Belgia juga mulai menerapkan aturan penguncian yang lebih ketat. Negara ini memiliki kasus COVID-19 per kapita terbanyak di dunia. Portugal, juga, telah memerintahkan kebijakan penguncian parsial mulai Rabu (04/11).

Sementara dari Prancis, Perdana Menteri Jean Castex mengatakan supermarket akan dilarang menjual barang-barang "tidak penting" mulai Selasa (03/11) untuk melindungi bisnis toko-toko kecil yang terpaksa tutup.

Spanyol telah memberlakukan jam malam malam, dan hampir semua wilayahnya menerapkan penutupan perbatasan regional untuk mencegah perjalanan jarak jauh.

Pemerintah Italia diperkirakan akan mengumumkan pembatasan baru pada hari Senin, menurut laporan dari media massa di sana, menteri kesehatan Italia juga mendorong penguncian di seluruh negeri.

Sementara Slovakia melakukan tes terhadap jutaan warganya selama akhir pekan dalam upaya membasmi virus dengan melakukan pemeriksaan massal. Menteri Pertahanan Jaroslav Nad mengatakan bahwa 2,58 juta warga Slowakia telah melakukan tes pada hari Sabtu (31/10), dan sedikitnya 25.850 orang atausatu persen di antaranya dinyatakan positif dan harus menjalani karantina.

ae/ (AP, AFP, Reuters, dpa)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement