Senin 02 Nov 2020 18:54 WIB

PLN Luncurkan Program Konversi PLTD ke EBT

Sekitar 5.200 unit mesin PLTD PLN terpasang di wilayah Indonesia

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
PLTD Legon Bajak, Desa Kemujan menjadi penopang energi listrik di wilayah Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Keberadaan pembangkit berkapasitas 2 X2.200 kW ini membuat listrik di Karimunjawa menyala 24 jam.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
PLTD Legon Bajak, Desa Kemujan menjadi penopang energi listrik di wilayah Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Keberadaan pembangkit berkapasitas 2 X2.200 kW ini membuat listrik di Karimunjawa menyala 24 jam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) terus mendukung upaya pemerintah mengurangi emisi karbon dan mencapai bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025. Melalui semangat Transformasi, khususnya pilar Green, PLN meluncurkan program Konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke pembangkit baru yang berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).

Peluncuran program dilakukan langsung oleh Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini dan disaksikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang diwakili oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM Republik Indonesia, Ego Syahrial, Senin (2/11).

Baca Juga

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM RI, Ego Syahrial, memberikan apresiasi atas berbagai program PLN yang dilakukan guna meningkatkan pemanfaatan energi ramah lingkungan.

“Saya berterima kasih dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada PLN yang selalu mendukung pemerintah dalam mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi di Indonesia dengan terus berpartisipasi meningkatkan penggunaan EBT,” ucap Ego.

Sekitar 5.200 unit mesin PLTD PLN yang terpasang di wilayah Indonesia, tersebar di 2.130 lokasi dengan potensi untuk dikonversi ke pembangkit berbasis EBT sebesar lebih kurang dua GW. Program Konversi PLTD menuju pembangkit EBT akan dilakukan secara bertahap.

“Ini merupakan upaya strategis PLN untuk mendorong bauran energi baru terbarukan guna meningkatkan penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan,” ucap Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini.

Selain, meningkatkan bauran EBT, konversi PLTD ke EBT ini juga akan meningkatkan ketahanan energi nasional, karena tidak lagi mengandalkan Bahan Bakar Minyak yang sebagian besar masih diimpor.

“Bukan hanya dari sudut pandang operasi bisnis PLN yang lebih efisien, tetapi juga akan mengurangi belanja negara di sektor Bahan Bakar Minyak yang sebagian besar diimpor. Demikian pula sejalan dengan program Pemerintah untuk membangun Indonesia sentris maka listrik akan hadir merata sampai ke pelosok tanah air,” tutur Zulkifli.

Manfaat besar terutama di daerah terpencil setelah beralih ke EBT, selain ramah lingkungan, listrik tersedia 24 jam akan membuka peluang pembangunan ekonomi baru dalam skala lokal. Sejumlah potensi sumber daya alam yang menjadi komoditas andalan daerah dapat tumbuh karena ketersediaan listrik yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Industri wisata, perikanan, agrobisnis, terbukanya jaringan telekomunikasi akan hadir sampai ke pelosok

Pada tahap pertama, PLN akan melakukan konversi terhadap PLTD di 200 lokasi dengan kapasitas 225 Megawatt (MW). Konversi tahap awal ini dilakukan dengan memilih mesin PLTD yang telah berusia lebih dari 15 tahun dengan mempertimbangkan kajian studi yang telah dilakukan oleh PLN. Sementara, pada tahap kedua dan ketiga masing-masing 500 MW dan 1.300 MW.

“Konversi PLTD ini merupakan bagian dari upaya PLN mengeksplorasi sumber energi ramah lingkungan dan menggali potensi energi setempat, serta memperhitungkan potensi pengembangan dan konsumsi listrik di masa mendatang di wilayah tersebut,” tambah Zulkifli.

Metode pelaksanaannya menggunakan analisis geospasial, mulai dari pemetaan titik-titik sebaran PLTD eksisting, pemetaan potensi sumber energi terbarukan di wilayah tersebut, yang dikombinasikan dengan potensi pertumbuhan ekonomi regional di titik yang telah diidentifikasi tersebut.

Konversi dari pembangkit PLTD menjadi pembangkit EBT mempunyai beragam tantangan, karena melibatkan pembangkit dalam jumlah yang sangat besar, dan titik-titiknya berada di wilayah yang relatif paling sulit, yakni wilayah 3T tadi. Masing-masing PLTD yang sekarang masih digunakan memiliki pola operasi yang berbeda-beda tergantung jam nyala, termasuk keterbatasan infrastruktur dan telekomunikasi menjadi tantangan yang juga harus diselesaikan.

Selaras dengan semangat awal transformasi yakni memberikan nilai tambah pada sisi korporasi dan stakeholder, pengembangan EBT bukan semata mata merupakan pemenuhan program Pemerintah, tetapi dilakukan sebagai tanggung jawab PLN hadir untuk generasi Indonesia yang akan datang. Power Beyond Generation.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement