REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Perdana Menteri Jacinda Ardern menunjuk Menteri Luar Negeri (Menlu) perempuan dari pribumi pertama kalinya dalam sejarah. Secara resmi, Nanaia Mahuta dikukuhkan sebagai Menlu untuk merepresentasikan parlemen paling beragam di dunia.
Nanaia Mahuta menggantikan Winston Peters yang sama-sama berasal dari Suku Maori. Mahuta sempat menjadi anggota parlemen perempuan pertama di negara itu yang memakai moko kauae, tato tradisional di dagunya empat tahun silam.
"Saya mendapat kehormatan untuk dapat memimpin percakapan di luar negeri," kata Mahuta dikutip dari CNN, Senin (2/11).
Mahuta pertama kali terpilih menjadi anggota parlemen pada 1996. Sebelum menduduki kursi parlemen, ia telah memegang sejumlah jabatan, termasuk menteri pemerintahan daerah dan pembangunan Māori.
Menurut RNZ, Mahuta masih memiliki hubungan keluarga dengan mendiang ratu Maori, Te Arikinui Te Atairangikaahu, dan raja Maori saat ini, Kingi Tuheitia. Gerakan Kingitanga, atau Maori King, sudah ada sejak lebih dari 160 tahun yang lalu.
Pada 2016, Mahuta mengambil bagian dalam upacara moko tradisional -atau desain tato Māori. Ia akhirnya menjadi wanita pertama yang mengenakan moko kauae ke parlemen.
Tato moko kauae dinilai sangat sakral dan berisi informasi tentang leluhur, sejarah, dan status seseorang. Ada juga aturan sakral seputar ta moko atau aksi menerapkan moko pada seseorang.
Secara historis, moko diaplikasikan dengan pahat. Namun, saat ini telah digantikan dengan mesin tato seiring perkembangan zaman.
Penunjukan Mahuta sebagai Menlu perempuan dari pribumi tak terlepas dari kemenagan Jacinda Ardern sebagai Perdana Menteri dari Partai Buruh bulan lalu. Ardern memenangkan 49,1 persen suara berdasarkan hasil awal.
Sementara, partainya memperoleh 64 dari 120 kursi. Jumlah itu merupakan perolehan partai terbanyak pertama sejak sistem politik negara saat itu diperkenalkan pada 1996.
Parlemen Ardern yang akan datang memang menjadi salah satu yang paling beragam di dunia. Hampir setengah dari anggota parlemen negara itu adalah perempuan - secara signifikan lebih tinggi dari rata-rata global 25 persen.
Sekitar 10 persen dari parlemen yang masuk secara terbuka LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Jumlah itu, lebih besar dibandingkan pemegang rekor sebelumnya, Inggris dengan sekitar 7 persen dari anggota House of Commons adalah gay. Bahkan menurut Television Selandia Baru, Wakil Perdana Menteri Selandia Baru Grant Robertson juga seorang gay.
"Ini adalah kabinet dan eksekutif yang didasarkan pada prestasi yang kebetulan juga sangat beragam dan saya bangga akan hal itu," kata Ardern Senin saat dia mengumumkan kabinetnya.
"Mereka mencerminkan Selandia Baru yang memilih mereka," tambahnya.