Selasa 03 Nov 2020 05:10 WIB

Serangan ke Universitas Kabul Terjadi Saat Pameran Buku

Pameran buku tersebut menghadirkan 40 penerbit dari Iran.

Rep: Mabruroh/ Red: Teguh Firmansyah
Serangan di kampus Afghanistan (ilustrasi).
Foto: AP Photo/Rahmat Gul
Serangan di kampus Afghanistan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Setidaknya 25 orang meninggal dunia dalam sebuah serangan yang dilakukan sekelompok pria bersenjata di Universitas Kabul di Afganistan pada Senin (2/11).

Serangan terjadi pada saat universitas tengah menggelar acara pemeran buku yang menampilkan 40 penerbit Iran.

Baca Juga

Turut hadir dalam acara tersebut Duta Besar Iran untuk Afghanistan, Bahador Aminian dan Atase Budaya Mojtaba Noroozi yang dijadwalkan akan meresmikan pameran tersebut.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Tariq Arian menyatakan tidak bisa merincikan siapa saja 25 orang korban dalam serangan itu. Dia hanya menegaskan, bahwa pelaku penyerangan yang berjumlah tiga orang telah berhasil dilumpuhkan setelah sebelumnya sempat baku tembak dengan aparat keamanan.

 "Ada tiga orang yang terlibat dalam serangan itu, semuanya meninggal dalam baku tembak dengan pasukan keamanan," kata Arian dilansir dari Arab News, Selasa (3/11).

Seorang mahasiswa, Ahmad Samim mengatakan, bahwa dia melihat militan bersenjatakan pistol dan senapan Kalashnikov menembak ke universitas, kampus tertua di Afganistan dengan sekitar 17 ribu mahasiswa. Menurut Samim, serangan itu terjadi di sisi timur universitas, tempat fakultas hukum dan jurnalistik berada.

Menurut televisi Pemerintah Iran melaporkan, bahwa serangan itu terjadi tetapi tidak memberikan informasi tentang kondisi para pejabatnya. Taliban menyatakan tidak terlibat dalam insiden tersebut sehingga kecurigaan saat ini langsung mengarah pada kelompok ISIS.

Lima jam setelah pertempuran, ledakan granat sporadis dan tembakan senjata otomatis bergema di jalan-jalan kosong di sekitar kompleks universitas. Tentara Afghanistan juga terus berjaga-jaga dan seluruh mahasiwa meninggalkan acara pameran tersebut.

Diplomat Iran sebelumnya telah menjadi sasaran serangan di Afganistan dan hampir memicu perang antarkedua negara. Pada 1998, Iran menganggap Taliban bertanggung jawab atas kematian sembilan diplomat Iran yang bekerja di konsulatnya di Afghanistan utara dan mengirim bala bantuan ke perbatasan sepanjang 950 kilometer (580 mil-) yang dimiliki Iran dan Afghanistan.

Bulan sebelumnya, ISIS mengirim seorang pengantin bunuh diri ke sebuah pusat pendidikan di lingkungan Dasht-e-Barchi yang didominasi Syiah. Aksi bom bunuh diri tersebut menewaskan 24 siswa dan melukai lebih dari 100 orang.

Afiliasi ISIS di Afghanistan telah menyatakan perang terhadap minoritas Syiah Afghanistan. Sekolah juga telah menjadi sasaran serangan di masa lalu.

Tahun lalu, sebuah bom di luar gerbang kampus Universitas Kabul menewaskan delapan orang. Pada 2016, orang-orang bersenjata menyerang Universitas Amerika di Kabul, menewaskan 13 orang.

Kekerasan tak henti-hentinya di Afghanistan bahkan ketika Taliban dan tim perunding yang ditunjuk pemerintah membahas perjanjian damai untuk mengakhiri lebih dari empat dekade perang di negara itu. Pembicaraan di Qatar berjalan sangat lambat dan meskipun ada tuntutan berulang untuk pengurangan kekerasan, kekacauan terus berlanjut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement