REPUBLIKA.CO.ID, oleh Andrian Saputra, Muhyiddin, M Nursyamsi, Antara
Seruan boikot produk Prancis terjadi di banyak negara, terutama dengan penduduk Muslim sebagai mayoritasnya. Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap sudah menghina Nabi Muhammad SAW membuat seruan boikot produk Prancis dipandang sebagai sikap umat Muslim.
Danone Indonesia adalah satu perusahaan asal Prancis yang beroperasi di Tanah Air. Danone Indonesia menanggapi kampanye aksi boikot produk Prancis di Indonesia pascapernyataan Macron yang dianggap menghina umat Islam. Corporate Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin mengatakan, Danone Indonesia tidak memiliki keterkaitan terhadap pandangan politik suatu negara, termasuk Prancis dan hal-hal di luar bisnis perseroan.
"Oleh karena itu, sebagaimana yang beredar di media, kami menyambut baik pernyataan yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan di mana pemerintah telah mengambil langkah untuk tidak ikut serta memboikot produk-produk Prancis karena hal tersebut di luar dari konteks perdagangan," ujar Arif, Selasa (3/11).
Arif menuturkan, produk-produk perseroan seperti SGM dan AQUA, adalah produk-produk yang dikembangkan dan diproduksi di Indonesia oleh tenaga kerja Indonesia untuk konsumen Indonesia. "SGM sudah hadir sejak 1965, AQUA juga hadir sejak 1973 di Indonesia dan telah menjadi kepercayaan banyak konsumen sampai sekarang," katanya.
Ia menambahkan, perusahaan pun akan terus memaksimalkan usaha dalam membantu menyediakan produk bernutrisi untuk mendukung generasi masa depan, serta menawarkan hidrasi sehat untuk memenuhi kebutuhan hidrasi keluarga Indonesia. "Oleh karena itu kami akan tetap melanjutkan komitmen kami untuk melayani kebutuhan nutrisi dan hidrasi sehat melalui jutaan pedagang yang menjual produk kami di Indonesia dan disiapkan oleh hampir dari 15.000 karyawan kami di seluruh Indonesia," ujar Arif.
Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, KH Asrorun Niam Sholeh, menjelaskan bahwa penghormatan kepada Rasulullah merupakan bagian dari keimanan seorang Muslim. Menurutnya tak ada sedikit pun ruang bagi siapa pun melecehkan dan merendahkan kehormatan Nabi Muhammad. Kendatipun pelecehan tersebut dilakukan dengan berupa candaan, karikatur, atau pun lainnya.
Kiai Asroun Niam mengatakan apa yang telah dilakukan oleh Presiden Emmanuel Macron adalah salah satu bentuk pelecehan dan juga penghinaan terhadap kesucian Rasulullah dan kesucian agama Islam. Oleh karena itu menurutnya tindakan memboikot produk-produk Prancis sebagai sebagai bagian dari sarana untuk mengingatkan kesalahan yang telah dilakukan Emmanuel Macron.
"Jika pemboikotan terhadap produk Prancis itu bagian dari sarana untuk mengingatkan akan kesalahan sekaligus juga menyadarkan kesalahan Macron dari apa yang dia lakukan, dan kemudian menjadi instrumen agar dia kembali kepada kebenaran, kembali menarik kesalahan yang dia lakukan, dan kemudian proses normalisasi kehidupan pergaulan internasional, maka pemboikotan itu menjadi syari, bagian dari sarana untuk mengingatkan itu," kata kiai Asrorun Niam melalui pesan video yang diterima Republika beberapa waktu lalu.
Kiai Asrorun Niam melanjutkan melakukan pemboikotan produk-produk Prancis ketika ditempatkan untuk mengingatkan akan kesalahan yang dilakukan Presiden Emmanuel Macron agar tidak sewenang-wenang di dalam melakukan penistaan sekalipun atas nama kebebasan menurutnya itu merupakan bagian dari rangkaian penghormatan seorang Muslim kepada Rasulullah. "Tujuan penghormatan kepada Baginda Rasulullah dan mengingatkan akan kesalahan orang yang menistakan Baginda Rasulullah maka sarana itu bisa jadi menjadi wajib," jelasnya.
Seruan boikot produk Prancis ini salah satunya berasal dari Pengasuh Pondok Pesantren Cendikia Amanah Depok, KH Cholil Nafis. Menurut dia, langkah ini penting untuk mengingatkan Prancis.
"Mengapa masyarakat perlu memboikotnya? Ya karena ucapan pun tak didengar dan tak ditakuti oleh Presiden dan masyarakat Prancis," ujar Kiai Cholil.
Menurut dia, masyarakat Prancis yang melakukan penghinaan tersebut tidak takut kepada Allah SWT, tapi mereka lebih takut pada kehilangan pasar ekonominya di dunia. Maka, kata dia, boikot produk-produk asal Prancis adalah bagian dari cara untuk mengingatkan dan menasihati kemungkaran yang dilakukan oleh masyarakat Prancis atas nama kebebasan berekspresi.
"Sesuatu yang menjadi sarana kebaikan, maka menjadi baik dan sesuatu yang menjadi sarana untuk melakukan kewajiban sehingga bisa terlaksana kewajiban itu, maka sarana itu menjadi wajib hukumnya," ucap Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat ini.
Senada dengan Kiai Cholil, Ikatan Santri dan Alumni Salafiyah Syafi’iyah (IKSASS) juga menyerukan kepada ribuan anggotanya untuk memboikot produk Prancis. Hal ini sebagai reaksi dan bentuk kecintaan santri dan alumni Pondok Pesantren Salafiyah Sukorejo, Situbondo kepada Nabi Muhammad SAW.
“Sebisa dan semaksimal mungkin harus mengganti atau memboikot produk-produk Prancis yang ada dengan produk-produk lainnya,” kata Ketua Mejelis Tanfidzi IKSASS Jabodetabek, Ahmad Haitami.
Seperti di banyak negara, produk-produk Perancis juga banyak berada di pasar Indonesia dengan beragam kategori, mulai dari produk makanan dan minuman, energi, hingga ritel. Berikut daftar sejumlah perusahaan dan produk asal Perancis yang ada di Indonesia:
Danone
Danone merupakan salah satu produsen makanan dan minuman terbesar di dunia yang berpusat di Prancis. Danone mengembangkan 4 kategori utama dalam bisnisnya yaitu produk susu segar, nutrisi awal kehidupan, air dan gizi medis. Produk Danone terbagi dalam beberapa kategori dalam beberapa merek misalnya Actimel, Activia, Danonino, Oikos, Silk. Lalu minuman seperti Evian, Aqua, Mizone, serta specialized nutrition seperti Nutricia dan Sarihusada Generasi Mahardhika.
Total
Total adalah perusahaan penghasil dan penyedia energi global terpadu yang bermarkas di Paris. Perusahaan minyak dan gas multinasional yang juga perusahaan operator tenaga matahari terbesar di dunia yang bekerja sama dengan SunPower dan Total Solar tersebut memiliki sejumlah SPBU dan juga menawarkan sejumlah produk seperti pelumas kendaraan.
Carrefour
Carrefour ialah sebuah kelompok supermarket internasional, berkantor pusat di Prancis. Carrefour adalah kelompok ritel kedua terbesar setelah Wal-Mart. Gerai Carrefour pertama dibuka pada 3 Juni 1957, di Annecy di dekat sebuah persimpangan. Kelompok ini didirikan oleh Marcel Fournier dan Louis Deforey. Di Indonesia, Carrefour menggandeng PT Trans Retail Indonesia dan memilki sejumlah industri ritel Indonesia melalui brand Carrefour, Transmart dan Groserindo.
BNP Paribas
BNP Paribas merupakan sebuah bank utama di Eropa. Bank ini dibentuk melalui penggabungan Banque Nationale de Paris dan Paribas pada 2000 ini bermarkas di Boulevard des Italiens, Paris, Perancis. Selain layanan perbankan, BNP Paribas melalui BNP Paribas Asset Management juga menawarkan sejumlah produk reksadana seperti BNP Paribas Rupiah Plus, BNP Paribas Prima USD kelas RK1, BNP Paribas Omega, hingga BNP Paribas Spektra.
Ibis
Ibis merupakan merek jaringan hotel yang dimiliki oleh grup perhotelan Perancis, Accor. Jaringan dari hotel ini paling banyak terdapat di Prancis, namun banyak juga ditemukan tersebar di seluruh dunia. Pangsa pasar jaringan hotel ibis adalah ditujukan bagi para pengusaha atau pebisnis, dan pada umumnya merupakan hotel yang bertaraf internasional dengan bintang dua atau tiga. Di Indonesia terdapat 139 hotel dan 27.340 kamar jaringan hotel Ibis seperti Raffles, Fairmont, Sofitel, Pullman, Swisssotel, Grand Mercure, dan Novotel.
L'Oréal Group
L'Oréal Group merupakan sebuah perusahaan asal Prancis yang bergerak di sektor barang konsumsi dan industri kosmetik dengan fokus pada industri perawatan diri. L'Oréal Group sempat menempati peringkat ke-172 dalam daftar Global 2000, sebuah daftar perusahaan terbesar di dunia yang diperingkat oleh majalah bisnis Forbes, dengan total nilai pasar 98,7 juta dolar AS dan total aset sebesar 43,1 juta dolar AS. Beberapa produk L'Oréal Group seperti Garnier dan Essie.
Berdasarkan laporan State of the Global Islamic Economy, Perancis merupakan pengekspor obat-obatan terbesar kedua ke negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dengan 4,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp 64 triliun pada 2018. Selain itu, Perancis juga pengekspor kosmetik terbesar ke blok OKI pada 2018, dan menjual sekitar 2,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp 37 triliun.
Perancis sendiri adalah mitra dagang terbesar kedelapan OKI. Sebagai sebuah blok, 57 negara anggota OKI membeli paling banyak dari China (2019: sekitar 319 miliar dolar AS), AS (sekitar 120 miliar dolar AS), dan India (sekitar 92 miliar dolar AS).