Selasa 03 Nov 2020 10:07 WIB

Penjualan Drone AS ke Taiwan Masuk Tahap Akhir

Penjualan empat drone AS ke Taiwan telah melewati Kongres.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Pesawat drone Boeing Phantom Eye milik militer Amerika Serikat.
Foto: AP Photo
Pesawat drone Boeing Phantom Eye milik militer Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penjualan empat drone udara canggih buatan Amerika Serikat (AS) ke Taiwan telah melewati Kongres dan berada pada tahap persetujuan terakhir, Senin (2/11). Kesepakatan itu kemungkinan akan memanaskan hubungan yang sudah tegang dengan China.

Keempat drone MQ-9 SeaGuardian yang dibuat oleh General Atomics akan dilengkapi dengan stasiun darat dan pelatihan terkait. Meski drone itu bisa dipersenjatai, mereka akan dilengkapi dengan peralatan pengawasan.

Baca Juga

Kesepakatan senilai 600 juta dolar AS ini akan menjadi penjualan pertama sejak kebijakan AS tentang ekspor teknologi drone yang canggih dilonggarkan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump. Laporan Reuters menyatakan, dalam beberapa pekan terakhir terjadi empat penjualan peralatan militer canggih lainnya ke Taiwan dengan total sekitar lima miliar dolar AS.

Seorang sumber menyatakan Departemen Luar Negeri AS dapat secara resmi memberi tahu Kongres tentang penjualan tersebut akhir pekan ini. Pemberitahuan resmi memberikan waktu 30 hari kepada Kongres untuk menolak penjualan apa pun.

Pada 21 Oktober, Departemen Luar Negeri mengirimkan pemberitahuan kepada Kongres untuk tahap pertama penjualan senjata ke Taiwan. Senjata itu termasuk peluncur roket berbasis truk yang dibuat oleh Lockheed Martin Corp, Rudal Standoff Land Attack Missile Expanded Response (SLAM-ER) Standoff System (HIMARS), dan peralatan terkait yang dibuat oleh Boeing Co, dan pod sensor eksternal untuk jet F-16.

Setelah lima hari, AS melanjutkan dengan usulan penjualan 100 stasiun rudal jelajah dan 400 rudal anti-kapal Harpoon berbasis darat yang dibuat oleh Boeing Co.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement