REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA--Kelompok Islam terbesar di Bangladesh mendesak pemerintah untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Prancis. Dalam unjuk rasa yang dilakukan puluhan ribu Muslim di seluruh Bangladesh ini, mereka memberikan waktu 1X24 jam bagi pemerintah untuk merealisasikan tuntutan mereka.
Aksi protes di depan Kedutaan Besar Prancis di Bangladesh ini diprakarsai tindakan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menyudutkan Islam dan mendukung tersebarnya karikatur Nabi Muhammad. Bangladesh sendiri merupakan negara Muslim terbesar ketiga di dunia dengan lebih dari 160 juta orang.
Protes serupa juga terjadi di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim lainnya seperti Indonesia, yang terjadi setelah serangan pisau di luar sekolah Prancis bulan lalu ketika seorang pria asal Chechnya memenggal kepala seorang guru yang telah menunjukkan kartun tersebut kepada murid-muridnya dalam pelajaran tentang kebebasan berbicara.
Dalam komentar pertamanya tentang masalah ini, pemerintah Bangladesh menyerukan digelarnya percakapan global yang lebih bernuansa tentang praktik keagamaan yang damai dan mendesak semua pihak untuk menggunakan kebebasan berekspresi secara bertanggung jawab.
Sebelumnya, ribuan pengunjuk rasa di ibu kota Dhaka menuntut pemboikotan produk Prancis dan diakhirinya hubungan negara itu dengan Paris.
"Kami memberikan ultimatum kepada pemerintah untuk mengakhiri hubungan diplomatik dengan Prancis dalam waktu 24 jam," kata Junayed Babunagari, kepala Hefazat-e-Islam yang dikutip di Reuters, Selasa (3/11).
"Jika tuntutan kami tidak dipenuhi, kami akan mengumumkan tindakan kami selanjutnya," teriaknya saat sebagian besar pengunjuk rasa yang mengenakan topi doa putih menyemangati dia.
Beberapa pengunjuk rasa membawa potret Macron dengan wajahnya ditandai dengan "X", sementara yang lain mengangkat potret Macron yang dihiasi dengan jejak sepatu di atasnya.