Selasa 03 Nov 2020 12:36 WIB

Simposium Para Peneliti Bahas Peran Agama di Era Disruptif

Peran agama di era distruptif dibahas para peneliti.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Simposium Para Peneliti Bahas Peran Agama di Era Disruptif. Foto ilustrasi: Toleransi (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Simposium Para Peneliti Bahas Peran Agama di Era Disruptif. Foto ilustrasi: Toleransi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penelitian, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan (Litbang dan Diklat) Kementerian Agama (Kemenag) menyelenggarakan International Symposium on Religious Life (ISRL) 2020 di Bogor pada 2-5 November 2020. ISRL tahun ini menyajikan pembicara dari kalangan peneliti dan akademisi dari 12 negara yang akan membahas peran agama dan etika di era disruptif.

Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag, Achmad Gunaryo menyampaikan, ISRL tahun 2020 adalah simposium ketiga yang mengusung tema utama 'Kehidupan Beragama, Etika, dan Martabat Manusia di Era Disrupsi'. ISRL kali ketiga ini akan menyoroti peran agama dan etika di era disruptif, di mana era tersebut disinyalir telah mengikis nilai-nilai kemanusiaan dan martabat manusia.

Baca Juga

"Tesis utamanya bahwa dalam proses perkembangan dan revolusi teknologi, agama dapat memainkan peranan penting dalam memberikan bimbingan spiritual, moral, dan etika," kata Achmad saat menyampaikan pidato pembukaan ISRL 2020 yang digelar secara daring dan luring pada Selasa (3/11).

Ia mengatakan, dalam konteks pandemi Covid-19 misalnya, ada dinamika di mana agama dipersepsikan dalam dua cara. Satu sisi ada komunitas agama yang dengan keyakinannya bersikap lalai atas wabah dan memperburuk kondisi pandemi Covid-19. Namun, di sisi lain agama juga mendorong penganutnya untuk mendukung komunitas yang rentan secara ekonomi dan terpinggirkan serta terkena dampak pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19.

Demikian halnya dalam demokratisasi, agama memberi masyarakat dorongan dinamis yang diperlukan untuk mempertahankan semangat, ketahanan, dan keberlanjutannya. Oleh karena itu, ISRL ini diharapkan akan dapat menggali kompleksitas bagaimana agama, nilai-nilai agama dan keyakinan komunitas menghadapi tantangan kontemporer untuk menegakkan etika dan martabat manusia, sekaligus menegaskan peran-perannya.

Achmad menyampaikan bahwa ISRL akan menyajikan pembicara dari 12 negara. Di antaranya dari Indonesia, Australia, Singapura, Vietnam, Thailand, Malaysia, Iran, Pakistan, Bulgaria, Belanda, Swiss, dan Amerika Serikat. ISRL juga akan dihadiri baik secara luring maupun daring oleh kurang lebih 700 peserta, dari dalam dan luar negeri.

"Meskipun dilaksanakan dalam kondisi yang masih prihatin dalam suasana pandemi, kami berharap acara simposium ini akan sukses dan berlangsung dengan lancar. Tujuan simposium sebagai wahana bursa gagasan, membangun jaringan, bertukar pemikiran, dan upaya menjaring masukan-masukan untuk bahan kebijakan, mudah-mudahan akan tercapai," ujarnya.

ISRL 2020 diselenggarakan Badan Litbang dan Diklat Kemenag, khususnya Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan yang berkolaborasi dengan Asosiasi Peneliti Agama Indonesia (APAI), Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS-UGM), dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Setelah pembukaan ISRL ada tiga plenary sessions yang menghadirkan para profesor dari dalam dan luar negeri. Selanjutnya ada 20 panel parallel sessions yang akan memaparkan 121 paper yang terseleksi dari ratusan paper yang masuk pada Call for Paper ISRL beberapa bulan lalu. Selain itu, ada special panels yang juga menghadirkan banyak pakar di berbagai topik. Ada juga peluncuran dan bedah buku, special sessions serta pemutaran film.

ISRL yang dihadiri pembicara dari belasan negara ini akan membahas beberapa persoalan di era disrupsi. Di antaranya tentang keyakinan, ekologi, dan keberlanjutan. Agama, internet dan media sosial. Intoleransi agama, ekstremisme dan radikalisme. Wisata halal dan religi. Martabat manusia, hak dan kebebasan agama atau keyakinan.

Kemudian membahas tentang moderasi keagamaan. Ekonomi Islam. Pendidikan dan dakwah. Ziarah Islam. Gender dan kepemimpinan wanita dalam agama. Hukum syariah dan keluarga. Kerukunan antar agama dan kohesi etno-religius. Konflik agama dan pembangunan perdamaian. Agama dan pandemi Covid-19. Adat, sufisme dan mistisisme. Konservatisme Islam, populisme dan progresivisme. Mobilisasi keagamaan di tengah pandemi Covid-19.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement