REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Israel menyatakan Uni Emirat Arab (UEA) diperkirakan akan mulai mengimpor buah dan sayuran Israel bulan ini. Langkah ini kelanjutan dari normalisasi hubungan yang sudah dilakukan sejak Agustus lalu.
"Perjanjian yang kami tanda tangani dengan UEA menggerakkan kami maju dan menuju masa depan bersama di bidang pertanian," ujar Menteri Pertanian Israel Alon Schuster.
Otorisasi resmi menyatakan kesepakatan telah terjadi sejak pekan lalu setelah serangkaian pertemuan dan koordinasi antara Schuster dan Kementerian Perubahan Iklim dan Lingkungan UEA. "Ini adalah berita bagus bagi petani Israel," kata Schuster seperti yang dilaporkan oleh Jerusalem Post.
Perjanjian impor pertanian UEA ini bernilai sekitar 10 miliar dolar AS dalam setahun. Perjanjian terbaru ini sangat menguntungkan bagi pemerintah Israel.
Menurut Jerusalem Post, Schuster telah menuntut anggaran yang lebih besar untuk pertanian. Dengan demikian Israel dapat mengambil bagian yang lebih besar dari permintaan UEA untuk produk segar.
Dikutip dari Middle East Monitor, UEA tampaknya tidak mengambil tindakan apa pun untuk memastikan bahwa buah dan sayuran yang diimpor dari Israel tidak diproduksi di permukiman ilegal di seluruh wilayah Palestina yang diduduki. Pekan lalu dilaporkan bahwa anggur Israel yang diproduksi di Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki akan dijual di Emirat.