REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan, pandemi Covid-19 merupakan bencana global yang butuh kerja sama antara negara dalam penanganannya. Tapi apa yang terjadi kini rivalitas negara-negara kekuatan besar justru semakin tinggi.
"Rivalitas itu semakin menyulitkan negara lain sebagai pihak ketiga. Prinsip politik bebas aktif yang dianut Indonesia sangat relevan dengan kondisi saat ini," kata Retno, Selasa (3/11).
Hal itu disampaikan ketika menjadi pembicara kunci Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia (PNMHII). PNMHII 2020 digelar secara daring dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sebagai tuan rumahnya.
Ia mengungkapkan, prinsip politik bebas aktif itu relevan karena bebas berarti Indonesia bebas menentukan mitra kerja sama. Sedangkan, aktif berarti Indonesia akan senantiasa aktif berkontribusi bagi perdamaian dan stabilitas dunia.
Retno menekankan, semua dilakukan dengan satu kiblat yaitu kepentingan nasional Indonesia. Karenanya, di tengah-tengah rivalitas kedua negara kekuatan besar, negara-negara ASEAN memiliki komitmen menjaga perdamaian, termasuk Indonesia.
"Sudah merupakan komitmen Indonesia untuk berkontribusi sebagai bridge builder perdamaian dan kesejahteraan dunia, serta Indonesia akan terus mendukung multilateralisme," ujar Retno.
Ia turut berpesan agar mahasiswa-mahasiswa dan alumnus-alumnus Hubungan Internasional akan terus menjadi penggerak. Sehingga, bisa menginjeksi energi positif bagi bangsa, untuk membawa Indonesia menjadi lebih maju dan sejahtera.
PNMHII 32 sendiri diikuti 56 universitas, mengangkat tema Development Gap Among ASEAN: Problem and Agenda. Acara diisi sidang forum, presentasi paper, Muhammadiyah Yogyakarta Diplomatic Course, kompetisi video dan press corps 3-7 November 2020.
"Meskipun digelar secara daring, ini tidak menyurutkan antusias dan semangat kompetitif dari peserta dan panitia," kata Ketua Umum Korps Mahasiswa Internasional (Komahi) UMY, Fatihatur Rahmi Aziza, menambahkan.
Digelar lewat Zoom Meeting dan disiarkan lewat YouTube, upacara pembukaan turut dihadiri Rektor UMY, Dr. Gunawan Budiyanto. Selain Menlu Retno, hadir Ketua Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII), Dr Yusran.