Rabu 04 Nov 2020 00:20 WIB

Pelanggan PDAM Solo Terus Turun

Tingkat kebocoran PDAM Solo mencapai 43,22 persen.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Pipa PDAM (ilustrasi)
Foto: Wordpress
Pipa PDAM (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Jumlah pelanggan Perumda PDAM Toya Wening Solo terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Persentase penurunannya sekitar 1 persen per tahun.

Direktur Utama PDAM Toya Wening Solo, Agustan, menyebutkan, data jumlah pelanggan pada 2017 sebesar 59.427. Pada 2018 turun menjadi 58.871, dan pada 2019 menjadi 58.232. Penurunan rata-rata sebesar 1,09 persen per tahun.

Baca Juga

"Per September 2020 turun menjadi 57.954 pelanggan. Ini menjadi keprihatinan kita bersama. Sehingga akan kami koreksi dengan program-program yang sudah kami siapkan," kata Agustan di acara peluncuran Gebyar Akhir Tahun 2020 di Hotel Paragon Solo, Selasa (3/11).

Agustan menyebut, penyebab penurunan jumlah pelanggan tersebut antara lain, adanya alternatif penggunaan air bisa dengan sumur sendiri, adanya program pamsimas, ketidakpuasan pelanggan, serta bisa karena tunggakan rekening. Sesuai ketentuan, jika tunggakan sudah melewati batas waktu tertentu misalnya tiga sampai empat bulan dan seterusnya, maka layanan akan ditutup.

Direktur Teknik PDAM Toya Wening Solo, Tri Atmojo, menjelaskan, ada beberapa permasalahan yang menjadi penyebab cakupan layanan semakin turun.

Pertama, tingkat kebocoran yang mencapai 43,22 persen. Tingkat kebocoran tersebut sekitar 13 persen merupakan air yang tidak bisa dijadikan rekening, tetapi bisa dipakai untuk pemadam kebakaran, pemeliharaan jaringan dan lainnya.

Kemudian, ada kebocoran karena kesalahan pembacaan meter maupun kesalahan input data, jumlahnya di bawah 1 persen. Sedangkan 35 persen merupakan kebocoran fisik.

"Penyebab 35 persen ini dikarenakan adanya jaringan pipa yang kita bangun sejak zaman pemerintah Belanda tahun 1928 sampai sekarang masih dipakai. Adanya pipa yang bicor di Jalan Solo-Yogyakarta. Saat ini kami sudah menyusun kelayanan studi untuk program lima tahun ke depan untuk mengurangi kebocoran secara fisik," ucap Tri Atmojo.

Penyebab lainnya, tunggakan rekening yang mencapai Rp 37 miliar. Tunggakan tersebut merupakan akumulasi sejak berdirinya PDAM Toya Wening sampai sekarang. Selain itu, tutupan rekening yang mencapai 2,5 persen dari pelanggan. Manajemen berupaya agar tutupan rekening dipersempit minimal 1 persen.

Sementara it, Direktur Umum PDAM Toya Wening Solo, Darminto, menambahkan, manajemen telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut. Di antaranya, melalui sosialisasi agar pemangku wilayah kelurahan bisa membantu menyampaikan kepada warga terkait tunggakan rekening.

Selain itu,optimalisasi penagihan, khususnya penagihan door to door akan dioptimalkan kembali, baik jumlah personelnya maupun intensitas penagihan. Selanjutnya, kemitraan dengan kelurahan, misalnya melalui pemberdayaan PKK.

"Upaya lainnya peningkatan pelayanan dari segi kualitas, kuantitas dan kontinyuitas, sehingga tunggakam bisa berkurang. Kemudian pemberian penghargaan kepada pelanggan yang membayar tertib, serta memberikan keringanan berupa keringanan denda dalam kondisi-kondisi tertentu," terang Darminto.

Upaya untuk mengurangi tutupan rekening, antara lain, perbaikan sistem produksi dan distribusi agar air bisa sampai ke masyarakat. Peningkatan layanan distirbusi air kepada pelanggan, pemberian keringanan denda pada momen tertentu.

PDAM juga berupaya meningkatkan cakupan layanan, dengan cara promosi, mempermudah sistem layanan pasang baru, optimalisasi produksi dan distribusi, serta peningkatan kecepatan pemasangan pelanggan baru dalam satu hari. PDAM juga memberikan diskon biaya pasang bagi pelanggan baru.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement