REPUBLIKA.CO.ID, Pada 1798, Napoleon memulai invasi Prancis pertama ke Mesir sejak era Perang Salib. Dia mempersiapkannya dengan perhatian yang biasa terhadap detail.
Sadar bahwa dia bepergian ke negeri yang mayoritas penduduknya Muslim, dia berusaha mempelajari Islam dengan cermat. Daftar bacaannya, tentu saja adalah Alquran.
Hal itu dijelaskan Tom Holland, seorang penulis dan sejarawan, melalui artikelnya yang dimuat di laman UnHerd, Selasa (3/11).
Napoleon dibesarkan dengan Alkitab sebagai pola dasar kitab suci. Tetapi dia memandang Alquran sebagai teks yang mengejutkan. Karakter dari wahyu kepada Nabi Muhammad SAW, dia sadari, sangat berbeda dari yang ada di Perjanjian Baru.
Alquran tidak puas dengan apa yang dianggap oleh Napoleon sebagai "agama". Cakupannya jauh lebih luas dari itu. Dari kebijakan fiskal hingga hukum tempat tinggal, Alquran menawarkan resep untuk seluruh dimensi dari apa yang, di Eropa, telah lama didefinisikan sebagai "sekuler". Napoleon, memilah-milah perpustakaan di kabinnya, menyusun katalognya, bukan di bawah "Agama", tetapi di bawah "Politik".
Tiga pekan setelah tiba di Aleksandria, tentara Prancis memperoleh kemenangan di mana jenderalnya menunjukkan kejeniusan untuk promosi diri. Dan dengan cepat menyebut pertempuran Piramida. Napoleon sekarang secara efektif adalah penguasa Mesir.
Namun hal itu membawa masalah tersendiri. Ketika tantangan militer mungkin telah diatasi, tantangan yang jauh lebih besar adalah merayu penduduk Muslim yang mencurigainya sebagai orang asing dan bukan orang beriman. Pendekatan Napoleon terhadap masalah ini memiliki dua cabang.
Di satu sisi, dia rajin menyebut dirinya sebagai sahabat Islam. Dia membual bahwa dia telah menghancurkan Paus. Dia bersikeras untuk menghormati Nabi Muhammad. Dia memengaruhi bahasa cod-Islam dalam proklamasinya. "Bukankah selama berabad-abad kita tidak berteman dengan Grand Signor?"
Bagaimana pun, secara pribadi atau ketika berbicara dengan tentaranya, Napoleon menghina kata Islam. "Anda telah datang ke negara ini," katanya kepada pasukannya sebelum pertempuran Piramida, "Untuk menyelamatkan penduduk dari barbarisme, dan untuk membawa peradaban ke Timur."
Itulah sebabnya, selain senapan, meriam, dan kavaleri, dia juga membawa mesin cetak, balon udara, dan pasukan kecil intelektual ke Mesir.
Sumber: https://unherd.com/2020/11/the-age-old-clash-between-islam-and-france/