Selasa 03 Nov 2020 20:46 WIB

Survei Kartu Prakerja: 13 Persen Pengangguran Sudah Bekerja

Para pengangguran yang sudah bekerja ini mengikuti pelatihan program Kartu Prakerja.

Seorang pencari kerja mengisi pendaftaran di salahsatu stand perusahaan saat bursa kerja. ilustrasi
Foto: ANTARA
Seorang pencari kerja mengisi pendaftaran di salahsatu stand perusahaan saat bursa kerja. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manajemen Pelaksana (PMO) Program Kartu Prakerja mengungkapkan, sebanyak 13 persen peserta yang sebelumnya pengangguran menjadi memiliki pekerjaan setelah mengikuti pelatihan. Ini berdasarkan hasil survei evaluasi I periode 5 Agustus hingga 31 Oktober 2020.

“Sebanyak 13 persen dari mereka yang semua pada Februari tidak bekerja, sekarang mereka menjadi bekerja,” kata Direktur Eksekutif PMO Program Kartu Prakerja Denni Purbasari dalam diskusi daring peran Kartu Prakerja di Jakarta, Selasa (3/11).

Baca Juga

Ia menjelaskan, survei evaluasi I itu direspons oleh 2.423.865 penerima Kartu Prakerja per Februari 2020. sebanyak 41 persen di antaranya atau 993.784 orang mengaku tidak bekerja sebelum mengikuti program.

Setelah disurvei, lanjut dia, 13 persen dari 41 persen pengangguran itu atau sekitar 129.191 peserta kini memiliki pekerjaan. Namun, Denni tidak memberikan detail jenis pekerjaan yang kini digeluti para peserta eks pengangguran itu.

Sedangkan, lanjut dia, sebanyak 59 persen dari peserta survei evaluasi I atau sekitar 1.430.080 orang, 42 persen di antaranya tetap bekerja.

Survei juga menyebutkan, tujuh kategori pelatihan yang paling banyak diminati, yakni gaya hidup (membuat masker, tata rias), manajemen pengelolaan UMKM, dan penjualan pemasaran terkait pemasaran digital dan bisnis daring.

Kemudian, pelatihan terkait keuangan, makanan dan minuman, bahasa asing, dan teknologi informasi.

Hasil survei I lainnya menunjukkan pemanfatan insentif paling banyak digunakan untuk kebutuhan pokok dan modal usaha.

Rinciannya, lanjut Denni, sebanyak 96 persen untuk konsumsi bahan pangan, 75 persen untuk listrik, 63 persen untuk modal usaha, 65 persen untuk bensin, dan 63 persen untuk pulsa/kuota internet.

Selanjutnya, survei evaluasi II yang diikuti 293.255 penerima program yang dilakukan 4-31 Oktober 2020 menyebutkan, Kartu Prakerja mengakselerasi inklusi keuangan.

Dia menyebutkan, berdasarkan hasil survei, sebelum mengikuti program Kartu Prakerja, sebanyak 12 persen tidak memiliki rekening bank dan akun dompet elektronik. “Sekarang mereka sudah punya, 76 persen memiliki e-wallet, baik OVO, Gopay, dan LinkAja dan 27 persen memilki rekening bank,” katanya.

Hasil survei evalausi II juga mengungkapkan, sebanyak 25 persen peserta survei II mengaku program Kartu Prakerja mendorong kewirausahaan dan 16 persen wirusaha sendiri.

 

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement