REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Seperti apakah profil pelabuhan perikanan yang ideal itu? “Pelabuhan Perikanan yang ideal sebagai contoh teladan (role model) adalah PP yang dapat secara maksimal menyelenggarakan fungsi dan perannya, sehingga mencapai IKU (Indikator Kinerja Utama) atau KPI (Key Performance Indicator) secara maksimal,” kata Koordinator Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020-2024, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS saat jadi nara sumber Rapat Koordinasi Teknis Pelabuhan Perikanan, Direktorat Kepelabuhan Perikanan, DJPT-KKP yang digelar di Bogor, Selasa (3/10).
Rokhmin menyebutkan sembilan karakteristik pelabuhan perikanan yang ideal. Yaitu, jarak tidak terlalu jauh dari fishing ground; lokasi berhubungan dengan daerah pemasaran ikan; memiliki daerah yang luas untuk pendaratan ikan dan industri penunjang lainnya; tempatnya menarik untuk tempat tinggal nelayan, penjual ikan dan pengusaha ikan; aman dalam segala cuaca, serta aman secara alami dan buatan bagi kapal yang berlabuh dari segala cuaca waktu.
Selain itu, biaya masuk akal untuk mendapatkan kedalaman air yang memadai pada alur pelabuhan dan pangkalan pelabuhan; biaya untuk pengerukan pelabuhan murah; dan daerah cocok untuk membangun pemecah gelombang, pangkalan pelabuhan, dan sarana di pantai menjadi satu unit yang disesuaikan dengan perencanaan terpadu. “Daerah luas sehingga tidak menyulitkan pengembangan pelabuhan,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Rokhmin menyebut contoh pelabuhan perikanan yang sukses di dunia, yakni di Perancis dan Jerman. “Pelabuhan perikanan di Perancis dikelola oleh Chambre de Commerce et d’Industri (CCI), semacam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Indonesia. Sedangkan pelabuhan perikanan Bremerhaven merupakan pelabuhan perikanan terbesar di Jerman, dengan panjang sekitar 1,5 km dan lebarnya sekitar ¾ mil, mencakup luas total sekitar 720 hektar,” papar Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB itu.
Dalam kesempatan tersebut, Rokhmin menyebutkan sejumlah permasalahan pelabuhan perikanan Indonesia. “Sejumlah pelabuhan perikanan yang ada (existing) tidak berfungsi dengan baik atau mangkrak, karena kesahalan pemilihan lokasi, kegagalan manajemen O&M (Operations and Maintenance), atau faktor penyebab lainnya,” ujar Rokhmin yang juga ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia.
Selain itu, luas kolam pelabuhan terbatas yang menyebabkan terjadi over capacity kapal perikanan sehingga susah untuk dilakukan pengawasan dan berpotensi terjadi kecelakaan dan kebakaran; keterbatasan anggaran pelabuhan perikanan untuk melakukan perbaikan/rehabilitasi fasilitas pelabuhan yang sudah mengalami kerusakan; kurangnya budaya bersih dan tertib ABK/pengguna pelabuhan dikawasan pelabuhan perikanan.
Juga, masih rendahnya mutu hasil perikanan karena kesalahan penanganan ikan yang menyebabkan nilai jual produk perikanan menjadi rendah; dan jumlah pelabuhan perikanan yang tergabung PIPP masih sedikit (baru 31%) karena terkendala sarana dan prasana pendukung PIPP (koneksi internet).
Rokhmin juga mengungkapkan tentang dwelling time dan waiting time pelabuhan perikanan di Indonesia. Yaitu,terbatasnya ketersediaan fasilitas (kecukupan) dermaga; peralatan bongkar muat yang kurang memadai; fasilitas pendukung lain seperti lapangan penumpukan, peralatan angkat dan angkut yang digunakan untuk kegiatan trucking, serta lift on dan lift off di lapangan penumpukan belum berfungsi optimal.
Juga, kinerja atau produktivitas bongkar muat yang dilakukan oleh crane di dermaga belum optimal. “Waktu tunggu untuk berlabuh jauh lebih lama daripada waktu untuk berlayar,” ujarnya.
Faktor lainnya adalah peralatan penunjang aktivitas pelabuhan, kekurangan peralatan seperti crane dan forklift masih terjadi di beberapa pelabuhan Indonesia, serta masih rendahnya ketersediaan SDM yang andal dan memiliki keterampilan teknis dalam kegiatan operasional pelabuhan .
Pada akhir pemaparannya, ia menguraikan pengelolaan SDM dan teknologi untuk peningkatan kinerja pelabuhan perikanan. Hal itu menyangkut peningkatan kinerja pelabuhan perikanan, penggunaan teknologi mutakhir, dan manajemen SDM.