REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan suatu negara akan bisa keluar dari negara berpendapatan menengah (middle income trap) jika menonjolkan kewirausahaan. Hal tersebut Bambang ungkapkan dalam diskusi virtual 'Muda Berinovasi: Start Your Startup Now' di Jakarta, Selasa (3/11) malam.
"Suatu negara yang bisa lulus dari middle income trap dan itu hanya sedikit adalah negara yang mengedepankan kewirausahan kecuali China tadi yang mengedepankan pemerintah," kata dia.
Ia menuturkan belajar dari negara-negara maju, seperti Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara di Eropa Barat, Amerika Utara, termasuk Amerika Serikat, negara-negara tersebut pernah mengalami middle income dan lolos dari kondisi itu karena kewirausahaan.
Dia menuturkan China memiliki produk domestik bruto (PDB) yang besar karena didorong oleh peran pemerintah. Berbeda konsep dengan Amerika Serikat yang awalnya ekonominya lebih kapitalistik dan liberal, akhirnya mereka mengedepankan peran sektor swasta atau enterpreneur untuk membuat ekonominya besar.
Menurut laporan Indeks Kewirausahaan Global (Global Entrepreneurship Index) 2019, Amerika Serikat menduduki peringkat satu di dunia dari 137 negara yang disurvei yang berarti Amerika Serikat menjadi negara dengan kekuatan ekonomi yang besar karena kewirausahaannya kuat.
"Tentunya ini harus menjadi perhatian kita, tidak mungkin Indonesia bisa negara besar nantinya dengan cita-cita menjadi kekuatan lima terbesar di dunia tahun 2045 kalau hanya mengandalkan peran pemerintah seperti China sekarang, bagaimana pun kombinasi terbaik pemerintah ada tapi kewirausahaannya perlu ditonjolkan," ujar Menristek Bambang.
Indonesia menduduki peringkat 75 pada 2019 yang naik dibandingkan dengan peringkat 94 pada 2018. Namun, peringkat itu masih jauh dibandingkan dengan Malaysia yang menduduki peringkat 43, Thailand di peringkat 54, dan Singapura di peringkat 27.
"Semakin banyak wirausaha dan semakin berkualitas wirausaha yang ada maka negaranya semakin maju," tuturnya.
Menristek Bambang mengatakan untuk membuat Indonesia menjadi maju dan mempunyai wirausaha lebih banyak maka harus sudah adaptif dengan revolusi industri 4.0. "Di Indonesia ketika ingin menambah wirausaha menjadi negara maju berbasis inovasi kita melakukannya di revolusi industri keempat," tuturnya.
Dia mengatakan negara yang sudah maju telah melakukan revolusi industri sebelumnya, Korea melakukannya di revolusi industri ketiga, Jepang melakukannya di revolusi industri kedua, dan Inggris melakukannya di revolusi industri pertama.
"Sekarang tantangan kita apakah kita sudah adaptif dengan revolusi industri keempat," ujarnya.