REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Malawi mengumumkan akan membuka kedutaan penuh untuk Israel di Yerusalem, Selasa (3/11). Langkah negara tersebut membuatnya menjadi negara Afrika pertama yang melakukannya.
Dalam pernyataan video selama kunjungan ke Israel, Menteri Luar Negeri Malawi Eisenhower Mkaka menyebut keputusan itu sebagai langkah berani dan signifikan. Dia mengucapkan selamat kepada Israel atas hubungan yang mulai berkembang dengan negara-negara Arab dan Muslim di bawah kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat (AS), termasuk hubungan baru dengan negara di Afrika, Sudan.
"Saya berharap kedutaan Anda segera dibuka dan saya yakin lebih banyak pemimpin Afrika akan mengikuti keputusan ini," kata Menteri Luar Negeri Israel Gabi Ashkenazi kepada Mkaka.
Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan kedutaan tersebut diperkirakan akan dibuka pada musim panas 2021. "Ya, terus berjalan, kedutaan penuh di Yerusalem," ujar Ajudan Presiden Malawi Lazarus Chakwera, Brian Banda, mengonfirmasi kabar tersebut.
Israel menganggap semua Yerusalem sebagai ibu kotanya, meskipun itu tidak diakui oleh sebagian besar negara. Palestina mencari kota di timur, yang direbut Israel dalam perang tahun 1967, sebagai ibu kota negara di masa depan.
Mengingat status kota yang disengketakan dan sensitivitasnya dalam konflik Israel-Palestina, sebagian besar negara yang memiliki kedutaan besar di Israel telah membukanya di ibu kota komersial, Tel Aviv. Namun, keputusan Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada akhir 2017 membuat marah warga Palestina dan membuat marah banyak pemimpin dunia. Dia memindahkan kedutaan AS ke sana pada tahun berikutnya.
Guatemala memindahkan kedutaannya ke Yerusalem segera setelah itu dan Honduras mengatakan pihaknya bertujuan untuk melakukan hal yang sama pada akhir 2020. Brasil dan Republik Dominika juga mempertimbangkan langkah tersebut.