REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Pemimpin masjid di Christchurch mengecam serangan baru-baru ini di Prancis. Dia meminta presiden Prancis Emmanuel Macron mengambil pelajaran dari respons Selandia Baru terhadap kekerasan ekstremis.
Dua pemenggalan dan pembunuhan tiga orang di sebuah gereja Katolik di kota selatan Nice telah membuat sedih dan pilu bagi imam Masjid Al-Noor, Gamal Fouda. Menurutnya, serangan itu menjijikkan dan bertentangan dengan ajaran Islam yang toleran terhadap semua nilai kemanusiaan.
"Saya mengutuk dan mengecam kejahatan keji ini, terlepas dari motif atau tujuan pelakunya," kata Fouda, dilansir di NZ Herald, Rabu (4/11).
Namun, dia juga mengutuk semua ujaran kebencian, termasuk terhadap Muslim. Dia meminta untuk memisahkan Islam dan Muslim dari tindakan kriminal.
Setelah penembakan pada 15 Maret 2019 di dua masjid Christchurch yang menewaskan 51 Muslim saat sholat Jumat, Fouda selamat dari serangan itu dan muncul sebagai seorang yang vokal melawan ekstremisme. Dalam sholat Jumat pertama di Hagley Park setelah pembunuhan massal, Fouda menyampaikan pidato mengharukan untuk berterima kasih kepada warga Selandia Baru atas cinta dan kasih sayang mereka.
"Teroris mencoba menghancurkan bangsa ini dengan ideologi jahat, tetapi sebaliknya kami telah menunjukkan Selandia Baru tidak dapat dihancurkan. Kami patah hati tapi kami tidak hancur,” ujar dia.
Terlepas dari serangan baru-baru ini di Prancis, Presiden Macron terus berupaya untuk membersihkan negaranya dari ekstremisme, yang merupakan bagian dari proyek yang dia beri label separatisme. Muslim Prancis dilaporkan merasa distigmatisasi oleh serangan teror dan di bawah tekanan.
Hari ini, Fouda meminta Presiden Macron, pemerintahannya, dan setiap orang yang menyinggung Islam dan Nabi Muhammad SAW atau agama apa pun untuk menghormati Islam. “Karena kita harus menghormati semua keyakinan tanpa diskriminasi atau rasialisme terhadap siapa pun, ini adalah prinsip paling sederhana dari saling menghormati antara manusia," ucap Fouda.
Dia juga meminta semua orang melawan ekstremisme dan mengundang pemerintah Prancis serta rakyatnya untuk mengambil pelajaran atas insiden di Christchurch, Selandia Baru. Setelah serangan teroris di dua masjid, warga dan pemerintah Selandia Baru bersatu melawan kekerasan dan menyatakan prinsip cinta akan menang melawan kebencian.
Hari ini pula, Fouda memperbarui seruannya kepada umat Islam. Khususnya bagi mereka yang tinggal di negara-negara Barat, untuk memerangi kecenderungan apa pun terhadap ekstremisme.
Dia mengatakan terorisme tidak memiliki agama. Dia memanggil semua Muslim agar menolak tindakan kriminal yang tidak terkait dengan Islam atau Nabi Muhammad SAW.
"Semua bentuk kekerasan dan teror yang menargetkan siapa pun untuk mengacaukan keamanan dan stabilitas. Ini tidak sejalan dengan semua nilai dan prinsip agama dan kemanusiaan," kata dia.