Rabu 04 Nov 2020 13:32 WIB

Mirip Jerawat, Moluskum Kontagiosum Bisa Jadi Alarm HIV

Benjolan moluskum kontagiosum sangat berhubungan dengan imunitas tubuh.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Kontak non seksual seperti berpegangan tangan juga dapat menjadi metode penularan moluskum kontagiosum (MK).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kontak non seksual seperti berpegangan tangan juga dapat menjadi metode penularan moluskum kontagiosum (MK).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Moluskum kontagiosum (MK) merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi virus dari keluarga Poxvirus. Penyakit ini ditandai dengan kemunculan bejolan kecil pada kulit yang mirip dengan jerawat.

Benjolan kecil pada kasus MK bisa muncul secara tunggal atau dalam jumlah banyak di kulit. Umumnya, benjolan ini timbul di area-area kulit yang tipis, seperti siku, lutut, ketiak, lipat paha, leher, area pubis, dan genital.

Baca Juga

Meski sekilas mirip jerawat, ada sedikit perbedaan yang bisa dikenali. Tak seperti jerawat, benjolan MK tampak memiliki cekungan di bagian tengah.

Selain itu, penderita MK umumnya tidak merasakan gejala lain seperti rasa sakit atau gatal. Kalaupun gatal, rasanya sangat minimal.

Penyakit ini sangat berhubungan dengan imunitas tubuh. Bila terdapat banyak benjolan MK pada kulit orang dewasa, kondisi tersebut dapat menjadi "alarm" bahwa orang tersebut mungkin mengidap HIV positif.

"Karena pada (penderita) HIV positf, (benjolan) MK cenderung lebih banyak," jelas CEO Klinik Pramudia dr Anthony Handoko SpKK FINSDV dalam webinar yang disimak di Jakarta, Rabu (4/11).

Tentu tidak semua penderita MK pasti terkena HIV positif. MK juga bisa mengenai orang-orang yang tidak mengidap HIV positif, mulai dari usia anak-anak hingga dewasa.

Kasus MK pada anak lebih sering ditemukan pada rentang usia 2 hingga 10 tahun. Pada orang dewasa, kasus MK lebih sering ditemukan pada rentang usia 20 hingga 60 tahun.

Pada anak, MK dianggap sebagai penyakit infeksi kulit. Akan tetapi. pada orang dewasa, MK dikategorikan sebagai penyakit infeksi menular seksual (IMS).

Baik pada anak maupun orang dewasa, MK bisa menular dengan mudah. MK bisa ditularkan melalui beberapa cara. Metode penularan yang paling sering ditemukan adalah kontak seksual, kontak non seksual seperti berpegangan tangan, serta autoinokulasi.

"(Contoh autoinokulasi) timbul satu lalu tanpa sadar digaruk, kemudian timbul di tempat lain, istilahnya beranak dari satu tempat ke tempat lain," kata dr Anthony.

Ada satu metode penularan lain yang dicurigai bisa terjadi pada MK. Metode tersebut adalah fomites atau penularan melalui perantara benda. Misalnya, menggunakan handuk atau mainan yang sama sehingga terjadi transmisi melalui perantara benda tersbut.

"Tapi masih perlu penelitian yang lebih akurat," jelas dr Anthony.

MK bisa diterapi melalui tindakan desktruktif untuk mengangkat badan moluskum dari dalam benjolan. Tindakan destruktif yang dilakukan bisa menggunakan cairan kaustik, laser, elektrocauter, atau cryotherapy (bedah beku).

"Bila hanya obati MK, tapi badan moluskum tidak dikeluarkan, lukanya akan sembuh, tapi MK tidak hilang. Bahkan beberapa bulan kemudian bisa timbul lagi, di tempat yang sama atau meluas secara autoinokulasi," kata dr Anthony.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement