Rabu 04 Nov 2020 13:35 WIB

Laba Bersih Kimia Farma Turun 11 Persen hingga September

Penurunan laba bersih terjadi di tengah peningkatan pendapatan penjualan Kimia Farma.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
PT Kimia Farma (Persero) Tbk mengalami penurunan laba bersih pada periode Januari hingga September 2020.
Foto: ANTARA/JOJON
PT Kimia Farma (Persero) Tbk mengalami penurunan laba bersih pada periode Januari hingga September 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kimia Farma (Persero) Tbk mengalami penurunan laba bersih pada periode Januari hingga September 2020. Dalam laporan keuangan terbaru, anggota holding BUMN Farmasi itu membukukan laba bersih sebesar Rp 37,20 miliar atau turun 11,07 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu yang mencapai Rp 41,83 miliar.

Penurunan laba bersih terjadi justru bersamaan dengan pendapatan penjualan yang mengalami peningkatan 2,47 persen dari Rp 6,88 triliun menjadi Rp 7,05 triliun. Dalam laporan keuangan, penurunan laba bersih diakibatkan peningkatan beban keuangan yang mengalami kenaikan dari Rp 357,10 miliar menjadi Rp 447,76 miliar.

Tekanan lain datang dari selisih kurs mata uang yang mencapai naik dari Rp 476 juta menjadi Rp 4,06 miliar serta adanya penurunan dari aspek pendapatan lain-lain yang hanya mencapai Rp 112,3 miliar dari sebelumnya yang sebesar Rp 128,6 miliar. 

Sebelumnya, General Manager Pengembangan Bisnis Kimia Farma Wisnu Sucahyo mengatakan Kimia Farma juga tak luput dari dampak pandemi, terutama pada aspek kinerja perusahaan.

"Pandemi dan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menyebabkan turunnya daya beli masyarakat secara signifikan. Hal itu menyebabkan menurunnya kunjungan masyarakat ke apotek dan rumah sakit secara signifikan," ujar Wisnu dalam Webinar Ngobrol Pagi Seputar BUMN bertajuk "Kontribusi BUMN Farmasi Mengatasi Pandemi Covid-19" di Jakarta, Kamis (15/10).

Wisnu mengatakan bed occupancy ratio (BOR) rumah sakit dalam negeri mengalami penurunan sampai 54 persen, sedangkan jumlah kunjungan pelanggan ke outlet ritel ikut turun hingga 11 persen. Wisnu menambahkan, dampak pandemi mengakibatkan dokter in-house di apotek Kimia Farma tidak dapat melaksanakan praktik secara langsung dan juga membuat pembatasan kunjungan divisi marketing ke rumah sakit dan outlet.

"Ini semua tentu sangat berdampak dan banyak hal kami perlu lakukan, pikirkan, dan terus kami perbaiki," ungkap dia. 

Kimia Farma, ucap Wisnu, sudah melakukan sejumlah upaya agar bisa beradaptasi sembari menangkap peluang yang ada selama masa pandemi ini. Kata Wisnu, perusahaan telah meluncurkan aplikasi digital Kimia Farma Mobile yang dikembangkan anak usaha PT Kimia Farma Apotek. 

"Aplikasi ini telah diunduh 2.296 kali di Appstore dan 24.900 kali di Google play store. Aplikasi ini diharapkan bisa menjadi solusi penyediaan layanan kesehatan yang dapat digunakan masyarakat untuk memperoleh bantuan serta kebutuhan kesehatannya di masa pandemi," kata Wisnu. 

Selain itu, lanjut Wisnu, Kimia Farma juga sedang berupaya mengoptimalisasi layanan home service bagi pasien yang sedang mengalami keterbatasan untuk mengunjungi outlet-outlet Kimia Farma. Wisnu menambahkan, beberapa apotek Kimia Farma di Bandung kini menyediakan layanan secara drivethru guna memudahkan masyarakat dalam mengakses kebutuhan kesehatan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement