Rabu 04 Nov 2020 14:05 WIB

Jakarta Bersiap Hadapi Musim Banjir

Anies hari ini memimpin apel siaga banjir Jakarta.

Red: Andri Saubani
Petugas UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Selatan membersihkan sampah yang berada di aliran Kali Cideng di Jakarta, Kamis (29/10/2020). Pembersihan sampah sebagai bagian dari normalisasi kali tersebut dilakukan untuk mengantisipasi banjir saat musim hujan di Jakarta.
Foto: Indrianto Eko Suwarso/ANTARA
Petugas UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Selatan membersihkan sampah yang berada di aliran Kali Cideng di Jakarta, Kamis (29/10/2020). Pembersihan sampah sebagai bagian dari normalisasi kali tersebut dilakukan untuk mengantisipasi banjir saat musim hujan di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Nugroho Habibi, Flori Sidebang, Febryan. A

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta semua jajarannya bersiap dan bersatu padu untuk menghadapi musim banjir. Anies mengatakan, setidaknya terdapat dua indikator kesuksesan dalam menghadapi banjir di DKI Jakarta.

Baca Juga

"Dua indikator suksesnya. Satu, tidak ada korban, semua warga selamat. Dua, genangan harus surut dalam 6 jam," kata Anies dalam Apel Siaga Menghadapi Musim Hujan di Jakarta International Container Terminal (JICT) 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (4/11).

Anies menguraikan, sistem drainase di DKI Jakarta rata-rata memiliki kapasitas maksimal 100 milimeter per hari. Jika hujan lokal di bawah 100 milimeter, Anies menyatakan, banjir tidak boleh terjadi.

Bila sebaliknya, hujan di atas 100 milimeter di awal 2020 yang mencapai 377 milimeter, Anies menyatakan semua jajarannya harus bersiap dan bertanggung jawab untuk memestikan keamanan dan keselamatan warga DKI Jakarta. Demikian, DKI Jakarta dapat terbebas dari banjir yang berlarut-larut.

"Jika ada curah hujan yang amat lebat, kita bisa surut dalam waktu kurang dari 6 jam," ucapnya.

Selain itu, Anies berpesan kepada seluruh jajaran untuk memegang tiga hal. Yakni, siaga, tanggap dan galang seluruh kekuatan.

"Tiga kata kunci tadi, siaga, tanggap, galang. Ini harus dipegang oleh kita semua," katanya.

Anies menjelaskan, pihaknya juga telah melakukan pengerukan lumpur di waduk-waduk yang tersebar di DKI Jakarta. Dia mengatakan, pihaknya memperoleh bantuan alat berat berupa ekskavator dari swasta hingga pemeritah pusat.

"Jadi waduk di Jaktim (Jakarta Timur), Jaksel (Jakarta Selatan) sudah dalam proses pengerukan terus menerus," katanya.

Anies berharap, waduk-waduk yang dikeruk mampu menampung air kiriman dari hulu. Secara bertahap, air kiriman tersebut dapat dialirkan baik ke sungai maupun langsung dipompa ke laut.

"Lalu ada juga tempat yang semula lahan kosong karena kontur tanahnya cekung selama ini terjadi banjir. Di tempat itu kita bikin waduk, jadi dibuat baru waduknya," jelasnya.

Menurut Anies, dalam menangani banjir di Ibu Kota, ada tantangan dari tiga penjuru yang harus dihadapi jajarannya. Anies menyebut, pihaknya harus siaga terhadap potensi banjir akibat hujan lebat di wilayah pegunungan, hujan lokal, dan juga di kawasan pesisir.

"Tahun ini apel diselenggarakan di pesisir untuk mengirimkan pesan kepada semuanya bahwa perhatian kita pada penanganan banjir bukan saja air dari pegunungan, bukan saja hujan lokal, tetapi juga di kawasan pesisir pantai," kata Anies.

Tantangan pertama, sambung Anies, hujan lokal yang terjadi secara intensif berpotensi mengakibatkan genangan dan banjir. Kedua, jika terjadi hujan lebat di daerah pegunungan, maka air hujan akan mengalir ke wilayah pesisir, yakni Jakarta.

"Yang ini kita memiliki waktu untuk bersiap karena perjalanan air dari Bendung Katulampa sampai Jakarta sekitar sembilan sampai sepuluh jam. Tiga jam sampai Depok, enam jam dari pintu Depok sampai Manggarai," ucapnya.

Tantangan terakhir, yakni banjir akibat permukaan laut yang meninggi di kawasan yang permukaan tanahnya lebih rendah. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya banjir rob.

Anies menuturkan, tahun ini akan terjadi fenomena La Nina. Fenomena ini diprediksi bakal mengakibatkan anomali cuaca berupa peningkatan curah hujan di Indonesia, termasuk di Jakarta.

Wakil Wali Kota Jakarta Utara Ali Maulana Hakim menjelaskan terdapat tiga waduk utama di Jakarta Utara sebagai pengendali banjir. Yakni, Waduk Pluit, Waduk Cincin, dan Waduk Kelapa Gading.

Di waduk-waduk itu, Ali menjelaskan, debit airnya harus dijaga. Jika di kawasan hulu, sedang siaga, maka petugas akan berupaya untuk menurunkan debit air di tiap waduk.

"Dari Pemkot Jakarta Utara, ini sudah mulai melancarkan aliran-aliran ke waduk-waduk itu termasuk dibantu beberapa pompa," ucap Ali.

Selain itu, Ali menjelaskan makna dari Gerebek Lumpur yang sedang digalakkan Pemprov DKI Jakarta. Menurutnya, Gerebek Lumpur juga termasuk dalam menangani sampah sekaligus memperbaiki pompa-pompa yang rusak.

Meskipun demikian, Ali menguraikan, masalah utama yang membuat naiknya debit air adalah lumpur. Sehingga, lumpur harus diangkat untuk memperlancar saluran penghubung (Phb).

"Dinamakan Gerebek agar semua terlibat termasuk masyarakat dan warga permukiman. Jadi ini dari got, ke Phb, Phb ke kali. Jadi ini bisa lancar, supaya langsung ke waduk. Waduk baru kita pompa ke laut," ungkapnya.

Jika Pemkot Jakarta Utara punya program Gerebek Lumpur, Pemkot Jakarta Pusat mulai membangun dua kolam retensi atau olakan di kawasan Tanah Abang pada pekan ini. Pembangunan ini bertujuan mencegah banjir yang melanda kawasan Tanah Abang setiap tahun.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kota Administrasi Jakarta Pusat, Bakwan Ferizan Ginting, mengatakan, kolam retensi pertama dibangun di RW 09, Kelurahan Karet Tengsin. Kolam itu bakal dibuat di atas lahan Fasos-Fasum seluas 6.613 meter persegi yang telah diserahkan ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

Kolam retensi di titik ini diproyeksikan bakal mampu menampung air yang kerap menggenangi RW 09 dan RW 011 di Karet Tengsin. "Air yang tertampung di kolam retensi itu kemudian disedot keluar menuju Kali Ciliwung dan Banjir Kanal Barat (BKB)," kata Ginting dalam siaran persnya, Rabu (4/11).

Kolam retensi kedua, lanjut dia, dibangun di Taman BMW, RW 03, Kelurahan Petamburan. Lokasinya juga di lahan Fasos-Fasum yang telah diserahkan ke Pemprov DKI seluas 1.000 meter persegi. Pembangunan ini diproyeksikan mampu menampung air yang biasa menggenangi RW 03, Kelurahan Petamburan.

Ginting menambahkan, selain berfungsi sebagai penampung air genangan, kolam retensi itu nanti juga bakal dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul warga. Warga bisa memanfaatkan bagian pinggirnya untuk berkumpul dan berinteraksi.

"Nanti akan didesain oleh SDA berkolaborasi dengan Sudin Pertamanan dan Hutan Kota," katanya.

Kepala Suku Dinas (Kasudin) Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Pusat, Ahmad Saeful, mengatakan, pembangunan kolam retensi di dua titik itu dilakukan dalam pekan ini. Pihaknya kini sedang mengurus ihwal administrasi, salah satunya menunggu surat dari Suku Badan Aset DKI Jakarta.

“Secepatnya kami akan membuat kolam olakan di dua lokasi tersebut. Ini manfaatnya sangat tinggi untuk mengatasi banjir di dua wilayah tersebut. Paling tidak pekan ini mulai digarap," kata Saeful.

Namun demikian, Saeful belum bisa menyebutkan luas kolam retensi yang bakal dibangun. Pihaknya bakal mematangkan kajian pembangunannya terlebih dahulu.

"Mudah-mudahan dengan dibangun kolam olakan di wilayah RW 09 dan RW 011 genangan di wilayahnya dapat berkurang dan bahkan tidak ada sama sekali adanya genangan," kata Ketua RW 09 Kelurahan Karet Tengsin, Vera Kusuma Dewi, menyambut rencana pembangunan tersebut.

 

photo
Angka Kesembuhan Covid-19: Jakarta Juaranya - (Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement