REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Fakruddin*
Sebagian jamaah umroh dikabarkan terlihat harap-harap cemas karena penerbangan perdana dari Tanah Air ke Jeddah, Arab Saudi sempat tertunda nyaris dua jam. Rombongan umroh perdana Indonesia dijadwalkan terbang pukul 11.00 WIB, Ahad (1/11). Alasannya karena keterlambatan pengiriman dokumen tercetak hasil tes PCR (polymerase chain reaction) untuk sebagian jamaah. Beruntung pada akhirnya pihak maskapai menerima dokumen hasil tes PCR dalam format PDF.
Jamaah khawatir batal berangkat karena keterlambatan dokumen. Sudah menjadi tanggung jawab perusahaan dan agen Umroh memverifikasi keabsahan semua data paspor dan informasi pelaku umroh yang masuk ke dalam sistem umroh, dan memasukkan data yang telah disiapkan sebelumnya maksimal 24 jam sebelum tanggal kedatangan di Arab Saudi, dengan memasukkan data tiket pesawat yang dikonfirmasi untuk masing-masing peserta umroh dan data akomodasi.
Ketatnya pemeriksaan calon jamaah umroh sudah terasa sejak dari Tanah Air. Akibatnya ada sebagian jamaah umroh yang batal berangkat karena beberapa faktor. Di antaranya karena hasil tes PCR belum keluar, bahkan ada calon jamaah yang positif Covid-19 sesuai hasil tes PCR. Sedangkan sejumlah jamaah lainnya batal berangkat karena belum keluarnya visa dan tiket belum bisa dikonfirmasi ke dalam sistem umroh.
Penerapan aturan bagi calon jamaah umroh dari luar Kerajaan Arab Saudi sesuai dengan skenario tahapan pembukaan umroh yang telah disusun jauh-jauh hari. Ada tiga tahap yang direncanakan. Pertama, mengizinkan warga negara Saudi dan ekspatriat yang tinggal di sana (mukimin) untuk menunaikan ibadah umroh mulai 4 Oktober 2020 M. Kedua, mengizinkan ibadah umroh dan sholat di Masjidil Haram bagi warga negara Saudi dan mukimin mulai 18 Oktober 2020 M.
Tahap ketiga yang saat ini tengah berlangsung yakni mengizinkan ibadah umroh dan sholat bagi warga Saudi, mukimin dan warga dari luar kerajaan mulai 1 November 2020. Pada tahap ini, Masjidil Haram diharapkan dapat menampung 100% sesuai hitungan protokol tindakan pencegahan, yaitu: 20 ribu jamaah umroh per hari dan 60 ribu jamaah sholat per hari.
Pelaksanaan umroh dilakukan setelah dikeluarkannya persetujuan bertahap kembali ke kehidupan normal. Berkaca pada tahapan pelaksanaan umroh Arab Saudi dapat dilihat bahwa penanganan Covid-19 sangat terukur. Ancaman Covid-19 seakan tidak menjadi persoalan besar selama semua pihak mematuhi protokol kesehatan.
Untuk memastikan protokol kesehatan ini berjalan selama jamaah umroh berada di Arab Saudi, maka komponen wajib dari paket layanan yang harus disiapkan oleh setiap perusahaan dan agen umroh meliputi layanan penginapan, karantina kesehatan 3 hari, layanan transportasi antara bandara dan penginapan, layanan asuransi komprehensif, dan layanan lapangan yang termasuk transportasi antara Masjidil Haram dan penginapan, miqot dan menyediakan pemandu untuk setiap kelompok.
Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi memastikan pelaksanaan ibadah umroh dilakukan berdampingan dengan penerapan langkah-langkah pencegahan penyebaran Covid-19. Bahkan pemerintah Arab Saudi memanfaatkan teknologi terbaru untuk meningkatkan pengalaman umroh musim ini. Jamaah umroh diberikan gelang elektronik dan memberlakukan jarak sosial. Alhasil, selama pelaksanaan umroh tahap pertama dan kedua tidak ada laporan jamaah umroh yang terinfeksi Covid-19.
*) Penulis adalah jurnalis republika.co.id