Rabu 04 Nov 2020 15:49 WIB

Presiden Tegaskan Perpecahan Umat Beragama Bawa Kehancuran

Perlu kearifan umat beragama pelihara keseimbangan kepentingan kelompok dan nasional

Rapat Koordinasi Forum Kerukunan Umat Beragama Kementerian Agama RI.
Foto: BPIP
Rapat Koordinasi Forum Kerukunan Umat Beragama Kementerian Agama RI.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menegaskan perpecahan dan egoisme umat beragama akan membawa kehancuran. Presiden mengajak kepada umat beragama Indonesia untuk bersyukur.

Dikarenakan dengan ragamnya agama dan penganut kepercayaan bangsa Indonesia bisa hidup rukun dalam kemajemukan, saling mengayomi dan melindungi. "Di tengah dinamika sosial dan politik global, anugerah ini harus kita jaga, kita rawat menjadi kekuatan bangsa kita Indonesia", ucapnya saat membuka Rapat Koordinasi Forum Kerukunan Umat Beragama Kementerian Agama RI.

Presiden menyebutkan tantangan ke depan semakin berat dengan kehadiran media sosial yang tidak jarang membawa racun dan berita bohong (hoax). "Tidak jarang medsos membawa racun dan hoax yang justru memicu perpecahan", tegasnya.

Ia berharap dengan adanya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dapat mempersatukan dan merangkul tokoh agama untuk menjadi kekuatan dan tidak terjebak dalam pandangan ekstrim. "Perlu adanya ke-bersamaan sehingga tidak terjebak dalam pandangan ekstim yang menimbulkan perpecahan", harapnya.

Sementara itu Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo mengatakan perlu kearifan dan kedewasaan umat beragama untuk memelihara keseimbangan antara kepentingan kelompok dan kepentingan Nasional. "Dari kemajemukan Negara Indonesia perlu ada kearifan dan kedewasaan umat beragama dalam memelihara keseimbangan berbagai kepentingan," ucapnya.

Romo Benny juga menjelaskan Nilai-nilai Pancasila sebagai pemandu dalam kehidupan bersama dalam menciptakan keadaban publik. "Tata keadaban publik adalah menjadi acuan dalam merawat Bhineka Tunggal Ika", jelasnya.

Tokoh agama Katolik itu juga mendorong setiap keputusan untuk Negara harus berdasarkan Ketuhanan dan memperhatikan norma yang ada. "Karena dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, Indonesia berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa sehingga apapun keputusan untuk Negara harus berdasarkan ketuhanan", terangnya.

Menteri Agama RI Fachrul Razi mengatakan semua pemeluk agama memiliki hak dan berpandangan berbeda dengan agamanya masing-masing namun harus saling menghargai satu sama lain. "Semua pemeluk agama berhak dan berpandangan, bahwa agama yg dianutnya adalah agama yang benar dan baik namun sebaliknya setiap pemeluk agama juga harus menghargai hak pemeluk yg lain", ungkapnya.

Dirinya menyebutkan Agama selalu lahir dalam misi mulianya memperbaiki ketidak adilan dan ketidak seimbangan yang nyata. "Rakornas ini diharapkan menghasilkan konsep-konsep jitu dan bijak untuk lebih memberdayakan peran FKUB dalam konteks membumikan moderasi beragama di tengah masyarakat", tutupnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement