REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Austria mengumumkan tiga hari berkabung nasional dengan mengibarkan bendera setengah tiang pada Rabu (3/11). Hal itu untuk menghormati empat korban tewas dalam aksi penembakan di Wina pada Senin (2/11) lalu.
Pemburuan terhadap para pelaku penembakan masih dilakukan otoritas Austria. Polisi telah melakukan penggerebekan dan penggeledahan di sejumlah lokasi di Wina. Sebanyak 14 orang ditangkap. Mereka dicurigai terkait atau terlibat dalam aksi penembakan.
Dua warga Swiss, yakni pria berusia 18 dan 24 tahun turut ditangkap di Winterthur dekat Zurich. Mereka dicurigai memiliki hubungan dengan terduga pelaku. Satu tersangka yang terlibat dalam penembakan diketahui telah tewas ditembak polisi.
Menurut laporan Asia News, dia teridentifikasi bernama Kujtim Fejzulai (20 tahun). Fejzulai lahir di Wina. Orang tuanya berkebangsaan Albania dari Makedonia Utara. Saat berusia 18 tahun, Fejzulai pernah berusaha pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Namun, dia ditangkap di Turki setelah ibunya melaporkannya.
Fejzulai sempat mendekam selama 22 bulan di penjara Austria dan dibebaskan pada Desember 2019. ISIS telah mengklaim bertanggung jawab atas aksi penembakan di Wina. Kanselir Austria Sebastian Kurz telah menyerukan persatuan pascainsiden tersebut.
Dia menuding terorisme Islam hendak memecah belah masyarakat di sana melalui serangan tersebut. "Kita harus sadar bahwa ini bukanlah konflik antara Kristen dan Muslim atau antara warga Austria dan migran. Musuh kita, terorisme Islam, tidak hanya ingin menyebabkan kematian dan penderitaan, tetapi juga ingin memecah belah masyarakat kita," kata Kurz dalam pidato yang disiarkan pada Selasa (3/11), dikutip laman Deutsche Welle.
Pada Senin malam lalu, sejumlah orang bersenjata menyerang enam lokasi di Wina tengah. Serangan pertama dimulai di luar sinagoge utama. Beberapa saksi mengatakan para pelaku turut menembaki orang-orang di bar dengan senapan otomatis. Sejauh ini empat warga sipil telah dilaporkan tewas akibat serangan tersebut, terdiri dari dua pria dan dua wanita. Setidaknya tujuh korban lainnya masih dirawat dalam keadaan kritis.