REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Sejatinya, penghinaan dan ancaman sudah sering terjadi, baik semasa hidup maupun setelah wafatnya.
Di antaranya adalah kisah Abu Lahab yang mencanci dan melaknat Rasulullah SAW. M Quraish Shihab, dalam Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, menjelaskan dahulu, setelah tiga tahun berdakwah secara sembunyi, lalu beliu memutuskan dakwah secara terang-terangan. Disebutkan Imam al-Bukhari sebagai berikut:
لما نزلت: { وأنذر عشيرتك الْأَقْرَبين} الشُّعَرَاء: 214 صعد رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم على الصَّفَا، فَجعل يُنَادي: يَا بني فهر يَا بني عدي، لبطون قُرَيْش، حَتَّى اجْتَمعُوا فَجعل الرجل إِذا لم يسْتَطع أَن يخرج أرسل رَسُولا ينظر مَا هُوَ، فجَاء أَبُو لَهب وقريش فَقَالَ: أَرَأَيْتُم إِن أَخْبَرتكُم أَن خيلاً بالوادي تُرِيدُ أَن تغير عَلَيْكُم أَكُنْتُم مصدقي؟ قَالُوا: نعم مَا جربنَا عَلَيْك إلاَّ صدقا قَالَ: فَإِنِّي نَذِير لكم بَين يَدي عَذَاب شَدِيد، فَقَالَ أَبُو لَهب: تَبًّا لَك سَائِر الْيَوْم { ) وَفِي تَفْسِير: تبت، فَهَتَفَ: يَا صَبَاحَاه} فَقَالُوا: من هَذَا؟ فَاجْتمعُوا إِلَيْهِ .وَفِيه: فَقَالَ أَبُو لَهب: أَلِهَذَا جمعتنَا؟ ثمَّ قَامَ فَنزلت { تبت يدا أبي لَهب وَ تب} المسد: 1
Ketika turun QS as-Syu’ara 214, Beliau menaiki Bukit Shafa dengan gagah, lalu berkata, "Wahai Bani Fhir, Bani ‘Addi dari Quraisy.” Maka mereka berkumpul, bahkan ketika dari mereka berhalangan mereka mengutus utusan untuk melihat ada apa gerangan, datang pada saat itu Abu Lahab dan Suku Quraish.
Rasulullah SAW bersabda, ”Menurut kalian jika aku (Muhammad) memberitahukan kalian ada kuda di di lembah yang hendak menyerang kalian, apakah kalian mempercayaiku? Mereka kompak menjawab, “Iya. Kami tidak pernah melihat selain kejujuran darimu (Muhammad).
Rasul menjawab, “Aku memperingatkan kamu semua bahwa di hadapanku (di akhirat) ada siksa yang amat pedih."
Kemudian Abu Lahab (paman beliau) langsung menjawab, "Tabban laka saairal yaumi, alihadzaa jama'tana?" (Binasalah engkau sepanjang hari! Apakah untuk menyampaikan ini engkau mengumpulkan kami?). Peristiwa ini pula yang melatari turunnya surah al-Lahab ayat 1-5
Berbagai penghinaan baik terhadap pribadi maupun agama Islam terus terjadi sampai masa kini. Namun, beliau tetap terhormat, sebab Allah SWT yang telah memuliakannya.
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Salman al-Audah dalam buku Inilah Rasulullah SAW, menukil riwayat dari Aisyah RA yang menceritakan saat ditanya seperti apa akhlak Rasulullah:
لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا وَلَا متفحشا وَلَا سخابا فِي الْأَسْوَاق وَلَا يُجزئ بِالسَّيِّئَةِ السَّيئَة وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَصْفَحُ
"Beliau bukanlah orang yang suka berbuat atau berkata keji, tidak pula berteriak-teriak di pasar, dan juga tidak membalas keburukan dengan keburukan. Namun beliau memaafkan dan berlapang dada." (HR Ahmad).
Kemuliaan akhlak itu pula yang menjadikannya teladan bagi umat manusia. Allah SWT berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”