REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Maskapai penerbangan bertarif rendah Dubai, Flydubai, akan mulai membuka penerbangan ke Tel Aviv pada akhir bulan. Flydubai akan menjadi maskapai penerbangan Uni Emirat Arab (UEA) pertama yang mengumumkan layanan reguler setelah UEA melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.
Seperti dilansir di AP News, Rabu (4/11), penerbangan Flydubai antara Dubai dengan Tel Aviv akan dibuka dua kali sehari dan dimulai pada 26 November. Operator milik pemerintah sudah mulai menjual tiket di situsnya. Penerbangan ini merupakan hasil dari pakta perjalanan udara bilateral yang ditandatangani dua negara pada bulan lalu.
Dalam beberapa pekan terakhir, perjalanan udara antara Dubai dengan Tel Aviv sudah mulai terbuka. Sejumlah pesawat yang membawa lusinan warga Israel telah mendarat di Dubai. Mereka ingin membuka hubungan bisnis jangka panjang dengan rekan-rekan bisnis UEA.
Operator nasional lainnya telah memulai penerbangan kargo. Kedua negara juga sudah menandatangani serangkaian kesepakatan komersial lainnya untuk memperdalam hubungan mereka, termasuk pembebasan visa bagi pelancong Israel.
Flydubai mengatakan, 14 penerbangan tiap pekan dengan waktu tempuh tiga hingga empat jam ini akan secara signifikan meningkatkan hubungan komersial antara UEA dengan Israel. Selain itu, langkah ini akan membuka hub baru bagi warga Israel yang ingin bepergian ke Far East dan Afrika, mengurangi beberapa jam waktu perjalanan.
Kesepakatan diplomatik telah memicu kehebohan di Israel, di mana turis selama bertahun-tahun menghadapi pembatasan perjalanan karena reputasi Israel sebagai paria politik di dunia Arab.
CEO Flydubai Ghaith Al Gaith menjelaskan, penerbangan terjadwal antara Dubai dan Tel Aviv akan berkontribusi pada perkembangan ekonomi dua negara. "Lebih lanjut, peluang-peluang akan tercipta di bidang investasi dalam mengejar kepentingan dan nilai-nilai kita bersama," ujarnya.
Dubai, dengan hotel-hotel mewah dan mal besarnya, diproyeksikan akan mendulang keuntungan dari penerbangan tersebut. Sebab, perekonomian Dubai yang sebagian besar berharap pada pariwisata dan perhotelan kini sedang menderita akibat wabah virus corona.