Kamis 05 Nov 2020 07:35 WIB

BKSDA Bogor Bantah 43 Buaya Dilepasliarkan

Bogor bahkan tidak memiliki lokasi penangkaran buaya.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Indira Rezkisari
Buaya.  Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah I Bogor membantah kabar pelepasan 43 ekor buaya dari penangkaran di Bogor, ke aliran Sungai Cisadane.
Foto: EPA
Buaya. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah I Bogor membantah kabar pelepasan 43 ekor buaya dari penangkaran di Bogor, ke aliran Sungai Cisadane.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah I Bogor membantah kabar pelepasan 43 ekor buaya dari penangkaran di Bogor, ke aliran Sungai Cisadane. Pihak BKSDA memastikan berita tersebut hoaks.

Penyidik BKSDA Wilayah I Bogor, Sudrajat, mengatakan bahkan di wilayah Bogor tidak terdapat penangkaran buaya. “Tidak ada itu (43 ekor buaya dilepas ke Sungai Cisadane), kalau di Bogor juga tidak ada penangkaran buaya,” kata Sudrajat melalui telepon selulernya, Rabu (4/11).

Baca Juga

Sudrajat memastikan, jika memang ada buaya yang dilepasliarkan, pihak BKSDA pasti menerima informasi tersebut. Bahkan, BKSDA akan berangkat menuju lokasi dan melakukan pemantauan.

Berdasarkan keterangannya, buaya terakhir yang dilepas ke Sungai Cisadane adalah satu ekor buaya muara yang ditemukan warga di Desa Sukasari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor pada akhir Oktober lalu. “Iya yang terakhir di Rumpin itu kemarin,” tuturnya.

Sementara itu, Sungai Cisadane diketahui memang habitat untuk buaya muara. Bahkan hampir di seluruh aliran sungai. Hanya saja, Sudrajat mengatakan hewan akan bergerak menggunakan insting. Jika habitatnya menjadi ramai dan terlalu banyak manusia, maka mereka akan berpindah ke tempat yang sepi.

“Sebenarnya satwa buas itu takut sama orang. Kecuali habitatnya terganggu, baru dia akan bergerak,” katanya.

+Sebelumnya sekitar dua hingga tiga tahun yang lalu BKSDA juga sempat menangkap buaya di sebuah desa Kecamatan Rumpin. Jika diperkirakan, kejadiannya hampir sama dengan yang terjadi Desa Sukasari.

Kemungkinan, kata Sudrajat, buaya yang lepas adalah buaya peliharaan yang bisa jadi dipelihara oleh warga sejak masih berukuran kecil. Ketika cuaca panas, buaya tersebut keluar untuk berjemur.

“Dia kan senang berjemur, pada saat panas sering keluar. Mungkin warga ke kebun, nah akhirnya terlihat lah buaya itu,” tuturnya.

Tak hanya itu, sebelumnya juga sempat ditemukan buaya dengan jenis Senyulong di Kecamatan Bojongkulur saat banjir terjadi. Namun, Sudrajat tidak merincikan kapan tepatnya buaya tersebut ditemukan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement