Kamis 05 Nov 2020 07:51 WIB

Bisakah Vaksin Oxford Digunakan Sebelum Akhir Desember?

Vaksin Covid-19 yang dikembangkan Oxford tengah menjalani uji coba tahap akhir.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Vaksinasi (ilustrasi). Calon vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca dan Oxford merupakan salah satu kandidat anti virus SARS-CoV-2 terdepan dalam upaya mencegah penularan Covid-19.
Foto: AP Photo/Ted S. Warren
Vaksinasi (ilustrasi). Calon vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca dan Oxford merupakan salah satu kandidat anti virus SARS-CoV-2 terdepan dalam upaya mencegah penularan Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — University of Oxford, Inggris berharap dapat mempresentasikan hasil uji coba tahap akhir kandidat vaksin untuk infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) pada tahun ini. Di lain sisi, peneliti utama memperingatkan bahwa masih diperlukan waktu lebih lama hingga kehidupan secara global dapat kembali berjalan normal.

Vaksin Covid-19 dianggap sebagai satu-satunya cara untuk menghentikan wabah yang menjadi pandemi dan sejauh ini telah menewaskan lebih dari 1,2 juta orang di seluruh dunia serta membuat perekonomian global anjlok. Hal ini tentu saja membuat kehidupan normal bagi miliaran orang telah berubah.

Baca Juga

"Saya optimistis kita bisa mencapai titik itu sebelum akhir tahun ini," ujar peneliti uji coba vaksin Covid-19 sekaligus direktur Oxford Vaccine Group, Andrew Pollard, kepada anggota parlemen Inggris saat mempresentasikan hasil uji coba tahun ini, Rabu (4/11).

Pollard mengatakan, efektivitas dan keamanan vaksin tersebut kemungkinan diketahui tahun ini. Setelah itu, data akan ditinjau dengan hati-hati oleh regulator terlebih dahulu hingga kemudian ada keputusan politik tentang siapa yang harus mendapatkan vaksin Covid-19.

Saat ditanya apakah vaksin akan mulai digunakan sebelum akhir Desember, Pollard menyebut ada kemungkinan kecil dari hal itu. Vaksin Oxford / AstraZeneca diharapkan menjadi salah satu yang pertama yang dikirimkan untuk mendapat persetujuan regulasi bersama dengan kandidat 22UAy.F dari Pfizer dan BioNTech.

Proyek vaksin Covid-19 dari Oxford dimulai pada Januari. Disebut AZD1222, atau ChAdOx1 nCoV-19, vaksin vektor virus dibuat dari versi lemah dari virus flu biasa yang menyebabkan infeksi pada simpanse. Pollard mengatakan, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (AS) telah menetapkan standar untuk vaksin menjadi setidaknya 50 persen efektif, di mana ini adalah tingkat yang akan berdampak transformatif pada pandemi. Tetapi untuk dapat secara ilmiah dapat menguji 50 persen, dikatakan jauh lebih sulit.

“Anda membutuhkan lebih banyak kasus untuk terjadi dalam uji coba. Jadi saya pikir kita semua berharap vaksin akan lebih efektif daripada itu, yang berarti kita akan mendapat jawaban lebih cepat,” jelas Pollard.

Jika vaksin Oxford berhasil, pada akhirnya akan memungkinkan dunia untuk kembali berjalan normal karena kasus Covid-19 dapat dikendalikan. Pollard mengatakan, pihaknya memiliki vaksin yang memiliki kemanjuran signifikan, mulai dari persentase 50 hingga 80 merupakan pencapaian luar biasa.

Dengan pencapaian itu, menurut Pollard, dari sudut pandang kesehatan akan ada lebih sedikit orang yang terinfeksi virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) dan harus menjalani perawatan di rumah sakit. Namun, pakar imunologi terkemuka dunia itu kembali menekankan bahwa dunia mungkin tetap tidak dapat segera kembali normal.

“Tapi sayangnya bukan berarti kita semua bisa langsung normal kembali karena butuh waktu untuk mendistribusikan vaksin, tidak semua orang mau mendapatkannya,” kata Pollard.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement