REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bayu Adji P, Muhammad Fauzi Ridwan
Sosok Muhammad Gifari Akbar (16 tahun) menjadi viral setelah fotonya yang sedang membaca Alquran di Jalan Braga, Kota Bandung, tersebar di media sosial (medsos). Ketika itu, remaja asal Kabupaten Garut itu sedang beristirahat sembari menunggu hujan reda saat bekerja mencari barang rongsokan.
Akbar tak mengangka fotonya itu akan menjadi viral. Ia sendiri tak mengetahui orang yang mengambil protretnya. Ia baru tahu fotonya viral setelah diberi tahu seorang polisi.
"Kemarin lagi di Jalan Braga, Bandung, Sabtu atau Ahad. Saya tidak tahu ada yang foto, tahunya dari polisi, ada foto saya di medsos," kata dia saat Republika berkunjung ke rumahnya di Kampung Sodong, Kelurahan Muarasanding, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Kamis (5/11).
Ketika itu, Akbar memang sedang beristirahat setelah mencari barang rongsokan di Bandung. Lantaran cuaca hujan, ia mencari tempat teduh di pelataran pertokoan sambil membaca Alquran. Memang niatnya ingin menghafal Alquran. Ketimbang bosan menunggu hujan hanya berdiam diri, ia memilih membaca Alquran.
Hidup lelaki yang berasal dari keluarga sederhana itu memang berada di jalan. Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-harinya, ia bekerja sebagai pemulung dengan mencari rongsokan.
Bukan berarti Akbar lantas terjerumus dengan kehidupan jalanan yang lekat dengan pergaulan bebas. Ia tetap menjaga pesan orang tuanya untuk selalu ingat sholat lima waktu dan mengaji.
Karena itu, setiap pergi keluar rumah, Alquran tak pernah lupa dibawanya. Ketika ada waktu luang, hampir pasti Akbar membacanya.
"Yang ngajarin bawa Quran terus itu Bapak. Dari kecil dikasih pesan kalau mau ke mana-mana jangan lupa sholat, ibadah lima waktu, sama ngaji, dan zikir," kata anak dari pasangan Unan (42) dan Siti.
Di Garut, Akbar tinggal bersama kakek dan neneknya, Iji (72) dan Uti (71). Namun, ia jarang berada di rumah. Sejak putus sekolah, terakhir mengenyam pendidikan kelas 4 SD, ia selalu berpergian tak menentu. Akbar hanya berada di rumah satu-dua hari, setelah itu pergi lagi.
Akbar mengaku tak betah berada di rumah. Sebab, di rumah ia hanya berdiam diri tak ada pekerjaan. Karenanya, ia mencoba mencari kehidupan di luar rumah.
"Ya sampai sekarang seperti ini. Pernah ngamen juga, sekarang kumpulin rongsokan," kata dia.
Bermodal mengumpulkan rongsokan itu, Akbar pernah berkeliling ke berbagai daerah. Biasanya, ia mencari rongsokan di Bandung dengan berjalan kaki dari rumahnya di Kabupaten Garut. Pernah juga ia berkelana sampai Jakarta, Yogyakarta, bahkan Lampung.
Dari mengumpulkan rongsokan, dalam sehari Akbar bisa mendapat uang hingga Rp 100 ribu ketika sedang ramai. Uang itu digunakannya untuk makan sehari-hari. Ketika sama sekali tak ada uang, ia membaca Alquran. Sebab, menurut dia, dengan membaca Alquran rasa lapar akan hilang.
Ia mengaku tak memiliki tujuan pasti dari kegiatan yang sehari-hari dilakoninya itu. Hanya satu yang pasti, ke mana pun pergi, ia akan selalu mengingat pesan orang tuanya untuk sholat dan mengaji.
"Baca Quran memang sudah dari kecil, jadi saya selalu niat baca Quran di jalan," kata dia.
Setelah fotonya viral, Akbar mengaku banyak orang yang mencari dirinya. Bahkan, ia sempat didatangi orang dari Jakarta yang mengaku perwakilan dari ustaz Yusuf Mansur.
Selain itu, banyak juga sejumlah orang yang mendatangi dirinya. Orang-orang itu menawarkan Akbar untuk masuk ke pesantren.
Akbar juga ingin masuk masuk ke pesantren. Sebab, ia memiliki mimpi untuk membangun pesantren pada masa tua mendatang.
Namun, ia inginnya mondok di pesantren yang tak jauh-jauh dari rumahnya di Garut. "Kalau bisa sih di Garut kalau nggak di Bandung. Nggak mau yang jauh-jauh," kata dia.
Ayah Akbar bekerja sebagai buruh bangunan. Sementara ibu kandungnya meninggalkannya sejak masih balita. Di Garut, Akbar tinggal bersama kakek dan neneknya.
Nenek Akbar, Uti mengatakan, cucunya itu telah ditinggal oleh ibu kandungnya sejak masih berusia 8 bulan. Ketika itu, ibunya berkata hendak bekerja ke Arab Saudi. Hingga saat ini kabar ibunya tak jelas.
Sementara ayah kandungnya menikah lagi. Akibatnya, ia tak betah di rumah dan tak melanjutkan sekolah. Setelahnya, Akbar selalu hidup di luar rumah dengan mengamen dan mengumpulkan barang rongsokan.
"Dia keluar awalnya mau nyari ibunya juga," kata Uti.
Menurut dia, Akbar sangat jarang berada di rumah. Remaja itu hanya kembali satu atau dua hari, setelahnya pergi lagi dari rumah hingga berbulan-bulan.
Meski tak hidup di rumah, Uti menilai, Akbar selalu ingat untuk beribadah. Sebab, sejak kecil anak itu sudah diajarkan untuk selalu sholat lima waktu dan mengaji. "Memang dari dulu juga saya ajarin ngaji terus," kata dia.
Akbar 'ditemukan' oleh Tim Pesantren Al-Hilal saat sedang memulung di Jalan Cikole, Lembang, pada Selasa (3/11). Saat ditemui di Kantor LAZ Al-Hilal, Direktur LAZ Al-Hilal, Iwan Setiawan, ia menerima informasi tentang seorang pemulung yang mengaji saat meneduh karena hujan di media sosial, Ahad (1//1).
"Jadi Ahad malam, sosmed Al-Hilal banyak yang ngetag foto itu termasuk akun pribadi pengurus, akhirnya ketua yayasan membuat status dan kalau menemukan anak itu hubungi kami. Akhirnya tiga orang (tim), driver dan dua orang pengurus mencari keberadaannya di Braga," ujarnya, Rabu (4/11).
Timnya memusatkan pencarian anak tersebut di Jalan Braga dengan mewawancarai sejumlah orang dan memperlihatkan foto yang viral. Pencariannya pada hari tersebut tidak menemukan hasil.
"Senin tidak menemukan, tim laporan ke ketua yayasan dilanjutkan pencarian tapi tidak ke Braga. Kami bikin status lagi (mengumumkan ke publik) kami mencari tapi belum ketemu," katanya.
Iwan mengatakan, pada hari Selasa (3/11) tim Al-Hilal sebanyak empat orang berangkat ke Subang untuk menyerahkan bantuan wakaf Alquran, beras dan lainnya ke tiga pesantren. Di perjalanan tepatnya di Cikole, Lembang, salah seorang pengurus melihat sekilas seorang anak pemulung yang sedang duduk menggunakan pakaian yang berbeda di foto.
Namun, ia mengatakan pengurus meneruskan perjalanan ke Subang. Usai melaksanakan acara di Subang dan saat perjalanan pulang ke Bandung, tim kembali melihat anak tersebut di tempat yang sama.
"Pas pulang masih ada, dilihat didekati anak mirip dengan yang difoto. Lalu ditanyakan bawa Alquran nggak, disuruh baca Alquran dan difoto dari samping ada kemiripan. Lalu bilang ke ketua yayasan dan disuruh dibawa ke pesantren," katanya.
Kepada tim, anak tersebut mengaku berasal dari Garut namun tidak ingin kembali ke ke sana dan lebih baik ke pesantren. Ia mengatakan, anak tersebut mau ikut ke pesantren karena salah satunya melihat kendaraan yang digunakan pengurus terdapat tulisan pesantren.
"Kebetulan mobil ada tulisan pesantren dia mau, kalau nggak ada tulisan mungkin nggak mau. Kita ke sana nggak niat mencari tapi takdir," ungkapnya.
Ia pun mengatakan berdasarkan pengakuan anak tersebut, neneknya memberikan nasehat untuk membaca Alquran dan melaksanakan shalat. Menurutnya, anak tersebut berada di Bandung untuk mencari pekerjaan.
"Pengakuan beliau (baca quran) adalah itu nasehat neneknya, dia minta izin ke Bandung mencari pekerjaan kata neneknya boleh asal selama di Bandung jangan tinggal sholat dan baca alquran, ketika di Braga salah satunya mengerjakan amanah neneknya," katanya.
Saat ini pihaknya akan membawa Akbar ke Garut untuk meminta izin kepada keluarganya agar dapat diasuh di pesantren. Selain itu bantuan pun sudah berdatangan untuknya.
Lihat postingan ini di Instagram