Kamis 05 Nov 2020 15:13 WIB

Diisukan Jadi Ketum MUI, Ini Tanggapan Prof Nasaruddin Umar

Nasaruddin Umar merasa bukan orang yang terbaik untuk memimpin MUI

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar
Foto: Republika/Thoudy Badai
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat dalam waktu dekat ini akan menggelar Musyarawah Nasional (Munas) untuk memilih Ketua Umum MUI yang baru. Salah satu ulama yang disebut sebagai kandidat Ketua Umum MUI adalah Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof KH Nasaruddin Umar.

Menanggapi hal itu, Prof Nasaruddin justru mengatakan bahwa dirinya bukanlah yang terbaik untuk memimpin MUI kedepannya. “Saya bukan orang yang terbaik untuk menjadi ketua umum. Banyak tokoh-tokoh kita yang lebih pintar, lebih hebat dari saya, saya hanya seorang yang fakir,” ujar Prof Nasaruddin saat dihubungi Republika.co.id belum lama ini.

Namun, menurut dia, yang jelas pada Munas MUI kali ini dibutuhkan pemimpin yang bisa mengatasi berbagai masalah keumatan. Karena itu, menurut dia, Ketua Umum MUI harus memiliki pengalaman yang mumpuni dan ahli dalam mengelola organisasi.

“Yang jelas kita serahkan kepada siapa yang paling ahli,” ucap Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) se-Indonesia ini.

Sementara itu, Ketua SC Munas MUI ke-10 KH Abdullah Djaidi menyampaikan bahwa saat ini memang sudah ada nama-nama yang santer disebut akan menjadi kandidat calon ketua umum MUI. Selain Prof Nasaruddin Umar, menurut dia, ada juga kiai dari NU dan juga Muhammadiyah.

“Kandidat itu sampai sekarang, itu kan biasanya dari NU dari Muhammadiyah untuk memberikan calonnya, tapi sampai sekarang belum,” kata Kiai Abdullah Djaidi saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (5/10).

Kiai Abdullah Djaidi menjelaskan, waktu pelaksanaan Munas MUI 2020 sampai sekarang belum ada perubahan, yaitu akan digelar pada 25-27 November 2020. Menurut dia, pelaksanaan Munas kali ini akan digelar secara daring dan luring.

“Jadi intinya itu digelar secara online semua, tapi ada yang offline. Yang offline itu terbatas di Hotel Sultan sebagai pusat kegiatan,” jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement