REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistika (BPS) Jawa Timur mencatat, ekonomi Jatim pada kuartal III 2020 terkontraksi sebesar 3,75 persen dibandingkan kuartal III 2019 (yoy).
Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan mengatakan, sebenarnya dari sisi produksi, beberapa lapangan usaha mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 9,53 persen.
"Kondisi ini dipengaruhi oleh kenaikan trafik penggunaan paket data akibat peningkatan aktivitas WFH (Work From Home) dan SFH (School From Home)" ujar Dadang saat menggelar konferensi pers secara virtual, Kamis (5/11).
Dadang melanjutkan, lapangan usaha yang juga mengalami pertumbuhan adalah Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yang tumbuh sebesar 8,55 persen. Kemudian lapangan usaha Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang sebesar 5,36 persen.
Namun demikian, hampir semua komponen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut pengeluaran mengalami kontraksi. Komponen yang mengalami kontraksi tertinggi adalah Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 6,99 persen. Kemudian disusul Pembentuk Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 5,47 persen, dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 2,92 persen.
"Terkontraksinya pengeluaran pemerintah terjadi di semua pos anggaran seperti belanja pegawai, barang, modal, dan sosial baik pada anggaran APBD maupun belanja barang APBN," ujar Dadang.
Dadang melanjutkan, jika dibandingkan kuartal II 2020 (qtq), perekonomian Jawa Timur mengalami pertumbuhan sebesar 5,89 persen. Sementara sepanjang Januari hingga September 2020, ekonomi Jatim terkontraksi 2,29 persen.