Kamis 05 Nov 2020 16:59 WIB

Nevada Tangguhkan Penghitungan Suara Pilpres AS

Sejumlah netizen mempertanyakan penangguhan penghitungan suara tersebut.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
 Seorang demonstran memegang tanda mengacu pada Presiden Donald Trump selama pawai untuk mendesak agar semua suara dihitung, Rabu, 4 November 2020, di Philadelphia, setelah pemilihan hari Selasa.
Foto: AP/Matt Slocum
Seorang demonstran memegang tanda mengacu pada Presiden Donald Trump selama pawai untuk mendesak agar semua suara dihitung, Rabu, 4 November 2020, di Philadelphia, setelah pemilihan hari Selasa.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Negara Bagian Nevada menangguhkan penghitungan suara pilpres Amerika Serikat (AS). Tidak akan ada pembaruan hasil penghitungan hingga Kamis (5/11) pukul 09:00 waktu setempat.

Sejumlah warga AS memanfaatkan Twitter untuk menyampaikan keluhan dan protes atas penangguhan penghitungan suara tersebut. "Saya tidak tahu pihak mana yang akan diuntungkan karena saya tidak tahu apa-apa tentang Nevada. Tapi sistem pemilu apa pun yang menghitung suara yang tiba hingga sepekan setelah hari pemungutan suara adalah lelucon," kata akun bernama Peter Mernagh dalam kolom komentar akun Nevada Election (@NVElect), dikutip laman the Independent.

Baca Juga

"Bagaimana Anda bisa selesai sampai hari Jumat? Pemilihan umum dilakukan pada 4 November. Ini tidak masuk akal. Ini adalah pemilihan presiden yang vital dan penghitungannya harus dilakukan," kata akun bernama Veronica B Vierling.

Sejumlah warga lainnya menuding telah terjadi kecurangan dalam penghitungan suara. Berdasarkan data Associated Press sekitar 75 persen suara di Nevada telah dihitung. Capres dari Partai Demokrat Joe Biden unggul tipis 49,3 persen dibanding pejawat Donald Trump yang meraih 48,7 persen.

Pendukung Trump di beberapa lokasi telah menggelar demonstrasi agar penghitungan suara dihentikan. Pada Rabu (4/11) malam, puluhan pendukung Trump d Detroit menggelar aksi demonstrasi menyerukan penghentian penghitungan. Aksi serupa digelar di Michigan.

Trump memang telah menyerukan agar penghitungan suara dihentikan. Dia menuding Partai Demokrat melakukan kecurangan pemilu. Trump menyebut terdapat beberapa negara bagian yang masih menerima surat suara setelah proses pemungutan suara usai.

Hingga Kamis siang Joe Biden telah meraih 264 suara elektoral. Dia hanya membutuhkan tambahan enam suara elektoral untuk menjadi orang pertama di Gedung Putih. Sementara Trump telah mengumpulkan 214 suara elektoral.

Secara keseluruhan terdapat 538 suara elektoral yang dialokasikan untuk 50 negara bagian dan District of Colombia. Seorang kandidat harus memenangkan 270 di antaranya untuk terpilih sebagai presiden AS.

Secara nasional Biden telah meraih 72.075.757 suara (50,4 persen), sedangkan Trump 68.600.187 (48 persen). Suara populer yang dikumpulkan Biden telah memecahkan rekor terbanyak daripada capres mana pun dalam sejarah AS.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement