Kepala Perencanaan dan Strategi Bisnis Bio Farma, Susanti mengatakan, Bio Farma sedang mengupayakan untuk mempercepat uji imunogenisitas vaksin Covid-19. Hasil uji imunogenisitas akan dilaporkan pada BPOM untuk mendapatkan approval.
Uji imunogenisitas adalah tahap lanjutan uji klinis yaitu penyuntikan vaksin ke tubuh manusia untuk melihat tingkat keamanannya dan reaksi terhadap tubuh. Setelah uji klinis, dilakukan pengampilan darah untuk melihat level antibodi yang dihasilkan.
“Per awal minggu ini, seluruh relawan sudah mendapatkan suntikan. Dari total relawan, tidak ada yang mengalami efek samping berat. Mereka hanya mengalami efek ringan seperti nyeri, kemerahan atau bengkak pada titik suntikan, hingga sakit kepala ringan,” jelas Iin, Rabu (4/11/2020). Uji Imunogenisitas diupayakan dipercepat dan hasilnya segera dilaporkan ke BPOM.
Iin menambahkan, distribusi vaksin akan diserahkan kepada Kementerian Kesehatan. Namun, tenaga kesehatan adalah yang paling utama mendapatkan suntikan vaksin.
“Kami sebenarnya punya armada dan jaringan distribusi sendiri. Kami distribusi ke Dinas Provinsi, selanjutnya ke Dinas Kabupaten dan Puskesmas. Vaksin harus disimpan dalam suhu terjaga, yaitu 2-8 derajat celcius,” lanjut Iin.
Sementara itu, Ahli Epidemiologi UI Pandu Riono menyebut ia sangat mengapresiasi kerja keras Bio Farma. Menurutnya, melakukan prosedur cold chain (rantai dingin) bukanlah hal yang mudah. Namun, diharapkan Bio Farma dapat mendistribusikan vaksi sampai ke titik-titik yang membutuhkan.
“Dalam menghadapi pandemi, kita harus mempunyai rencana aksi. Kita harus menggunakan prinsip manajemen modern. Harus persiapan, monitoring, tracing, dan sebagainya,” ujar Pandu.
Editor : Eva Martha Rahayu
www.swa.o.id