REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengingatkan para dai mengemas dakwahnya dengan menggunakan narasi positif. Hal ini sesuai dengan situasi masyarakat Indonesia yang memiliki keberagamaan baik dari suku, agama maupun budaya.
Ia menilai, jika narasi dakwah yang dibangun memicu konflik maka akan merusak tatanan kerukunan masyarakat.
"Ini bisa menimbulkan dampak bukan positif, tapi negatif. Oleh karena itu narasi-narasi dakwah kita itu harus dalam rangka menjaga [dan] menghormati, itu barangkali rahmatan lil alamin," ujar Ma'ruf saat menerima Forum Komunikasi Dai Muda Indonesia secara virtual, Kamis (5/11).
Ia berpesan para dai dalam menyampaikan dakwahnya tidak terlalu menggebu-gebu, yang justru dapat melampaui batas. Dakwah yang disampaikan mestinya menyesuaikan masyarakat Indonesia yang majemuk.
"Bagaimana narasi itu dibangun, bukan menggebu-gebu, tapi kita menjaga harmoni yang telah menjadi kesepakatan," kata Ma'ruf.
Ia juga menilai perlunya para dai berdakwah secara profesional dan terus meningkatkan kompetensi ilmu keagamaan. Ma'ruf mengatakan demikian, lantaran banyak dai dalam menyampaikan dakwahnya kurang memiliki pemahaman utuh soal keagamaan.
"Banyak sekali dai-dai yang sebenarnya kurang memiliki potensi tapi karena semangat yang tinggi, kemudian dia menyampaikan dakwahnya sehingga dia seringkali dakwahnya tidak mencerminkan pemahaman yang utuh soal keagamaan," ujar Ma'ruf.
Padahal, kata Ma'ruf, sebagai pendakwah, para dai wajib membekali dirinya pengetahuan cukup soal keagamaan. Ini penting lantaran dibutuhkan di tengah tantangan masyarakat yang komplek dan majemuk.
Ma'ruf pun mengibaratkan para dai terjun ke masyarakat seperti halnya ke medan perang, perlu bekal amunisi yang lengkap .
"Dai itu sebetulnya harus professional ya, walaupun ada disebut sampaikan walau satu ayat, itu tidak berarti cukup tau sedikit tapi harus menggambarkan pentingnya dakwah, apalagi di dalam menghadapi masyarakat yang komplek majemuk," ungkapnya.
Karena itu, ia menilai kenapa perlunya pelatihan para dai agar pendakwah benar benar paham permasalahan keagamaan. Karena itu, ia juga berharap FKDMI sebagai wadah berkumpulnya dai muda diharapkan dapat berperan aktif dalam mencetak para dai yang memiliki kompetensi menghadapi tantangan di masyarakat.
Ia menilai, mencetak dai yang profesional dapat dilakukan dengan peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan lokakarya.
Ia juga berpesan agar FKDMI turut mengimplementasikan penyiaran dakwah secara digital. Sebab, metode ini dinilai efektif untuk menjangkau masyarakat di berbagai daerah tanpa harus bertatap muka dan dapat diakses setiap waktu, khususnya di masa pandemi Covid-19.
“Kalau dulu kan harus bertatap muka sekarang kan tidak perlu, kita bisa audiensi biasa seperti ini, dakwah juga dengan digital itu jangkauannya lebih luas dan kemudian orang kalau mendengarkan tidak waktu tertentu, kapan saja bisa, dimana saja bisa, jadi lebih fleksibel,” katanya.b