REPUBLIKA.CO.ID, YAOUNDE -- Sebanyak 11 guru yang diculik di wilayah Barat Laut Kemerun dibebaskan, Kamis (5/11), setelah disekap selama 2 hari.
“Saya bisa mengonfirmasi kepada anda bahwa 11 guru yang sebelumnya diculik dari Primary School di Kumbo sudah bebas,” kata Samuel Fonki, kepala sekolah Primary School kepada Anadolu Agency, Kamis.
Sejumlah dokter telah memeriksa mereka untuk memastikan semua dalam keadaan baik-baik, kata Fonki. Menurut Fonki, mereka dibebaskan oleh para penculiknya setelah didesak oleh masyarakat termasuk olah asosiasi guru tanpa membayar uang kompensasi. Pada Selasa, 12 guru dan beberapa siswa diculik oleh kelompok separatis di Kumbo di Wilayah Barat Laut, salah satu wilayah berbahasa Inggris di negara itu, yang terlibat kekerasan sejak 2017.
Para siswa kemudian dibebaskan bersama dengan salah satu guru, 11 guru lainnya dengan tuntutan pembayaran uang tebusan sandera. Penculikan itu terjadi 10 hari setelah pembunuhan tujuh anak sekolah di wilayah yang sama. Mereka ditembak mati di ruang kelas oleh separatis bersenjata, menurut pernyataan pemerintah.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dia "terkejut" dengan "serangan mengerikan". Setelah pembantaian tersebut, beberapa pemimpin membuat tagar #EndAnglophoneCrisis untuk mengecam serangan tersebut dan mendesak pemerintah dan separatis untuk menyelesaikan krisis yang telah mempengaruhi ratusan ribu orang.
Negara Afrika Tengah telah dirusak tindakan kekerasan sejak 2017. Para pemimpin tersebut mengatakan mereka telah terpinggirkan selama beberapa dekade oleh pemerintah pusat yang mayoritas berbahasa Prancis.
Kekerasan di wilayah Anglophone selama tiga tahun terakhir telah merenggut sekitar 3.000 nyawa dan menyebabkan lebih dari 730.000 warga sipil mengungsi, menurut Human Rights Watch. Pada bulan Juni, Dewan Pengungsi Norwegia mengatakan bahwa dua berturut-turut, Kamerun menduduki puncak daftar tahunan krisis pengungsian yang paling terabaikan di dunia.