Jumat 06 Nov 2020 19:05 WIB

Pakar UGM: Awan Lenticularis Bahayakan Penerbangan

Kemunculan awan lenticularis tidak terkait dengan pertanda akan terjadinya bencana.

Sebuah pesawat berusaha menerobos awan tebal saat akan mendarat. Ilustrasi
Foto: Antara/Yusran Uccang
Sebuah pesawat berusaha menerobos awan tebal saat akan mendarat. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pakar Iklim UGM Dr. Emilya Nurjani menjelaskan, fenomena awan yang terlihat seperti UFO atau pusaran angin di sejumlah gunung di Pulau Jawa seperti Arjuno, Merapi, Merbabu, Lawu dan lainnya baru-baru ini, merupakan jenis lenticularis yang berbahaya bagi aktivitas penerbangan.

"Awan ini berbahaya utamanya bagi pesawat yang terbang di sekitarnya," kata Emilya melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Jumat (6/11).

Meski berbahaya bagi aktivitas penerbangan, menurut dia, kemunculan awan tersebut tidak terkait dengan pertanda akan terjadinya bencana.

Emilya mengatakan awan lenticularis merupakan fenomena biasa. Awan ini sering muncul atau terbentuk di daerah pegunungan, gunung, maupun perbukitan/bukit.

Pembentukan awan ini disampaikan Emilya dipengaruhi oleh faktor orografis atau elevasi sehingga awan ini sering terbentuk di daerah pegunungan.

Menurut dia, awan biasanya sering terbentuk di sisi pegunungan yang berangin atau sisi hadap lereng (windward), tetapi awan lenticularis terbentuk disisi bawah angin atau sisi belakang lereng (leeward).

Dengan begitu, saat udara lembab naik ke sisi atas gunung atau bukit mengalami pendinginan dan pemadatan sehingga menghasilkan awan. Namun, di sisi yang berlawanan dengan angin, udara menurun dan menghangat sehingga terjadi penguapan.

"Dilihat dari permukaan, awan terlihat tidak bergerak saat udara mengalir dan lapisan pembentuk awan terlalu kering hingga lenticular akan terbentuk satu di atas yang lain. Bahkan terkadang hal ini meluas ke lapisan stratosfer dan terlihat seperti UFO," kata dia.

Dosen Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geogragi UGM ini mengatakan bentuk gelombang di atas gunung dan bagian bawah berbentuk pusaran air yang berputar-putar. Bagian yang naik dari bentuk pusaran air ini cukup dingin untuk menghasilkan awan rotor.

Menurut dia, udara di awan rotor ini sangat bergejolak dan berbahaya bagi pesawat yang terbang di sekitarnya. Kondisi berbahaya juga berlaku untuk penerbangan disisi leeward gunung/bukit karena ada gerakan ke bawah yang cukup kuat.

Ditambahkannya, kemunculan awan lenticularis ini biasanya akan menimbulkan hujan dengan intensitas sedang.

"Hujan, tetapi intensitasnya tidak tinggi karena pada dasarnya uap air sudah jatuh sebagai hujan di sisi windward," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement