REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in berkomitmen tidak akan menyerah pada upaya denuklirisasi sekaligus melahirkan perdamaian permanen di semenanjung Korea. Ia menggarisbawahi perlunya merevitalisasi proses perdamaian Korea.
"Meskipun Perjanjian Gencatan Senjata ditandatangani, tanpa perjanjian damai, Perang Korea belum berakhir, dan juga tidak ada rasa sakit dan kesedihan perang," kata Moon dalam pidatonya dilansir kantor berita Bernama pada Jumat (6/11).
Moon menambahkan Korea tidak akan pernah menghentikan upaya mengakhiri perang demi kebaikan. Tawaran Moon dipandang bertujuan merevitalisasi proses perdamaian Korea, yang telah kehilangan arah sejak Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un gagal menghasilkan kesepakatan dalam KTT Hanoi awal tahun lalu.
"Kami akan berusaha mencapai perdamaian dengan denuklirisasi," sebut Moon.
Namun kali ini, Moon tidak menyebutkan secara langsung deklarasi politik untuk mengakhiri Perang Korea 1950-53, yang berulang kali ia sarankan dalam pidato sebelumnya di panggung global. Hubungan antara Korsel dan Korut mengalami kebuntuan meskipun ada serangkaian pembicaraan puncak antara Moon dan Kim pada 2018. Korut dan Korsel secara teknis tetap berada dalam keadaan konflik karena perang Korea berakhir dengan gencatan senjata bukan perjanjian damai.
Moon mengulangi seruan untuk meluncurkan inisiatif regional untuk kerja sama dalam pengendalian penyakit menular di Asia Timur Laut. Inisiatif ini pertama kali diusulkan dalam pidato Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Bulan pada September.
"Setelah melalui penyakit menular dari manusia ke manusia dan hewan peliharaan serta bencana alam bersama-sama, Korea Selatan dan Utara telah berulang kali diingatkan bahwa keduanya adalah satu komunitas yang hidup dan aman," ucap Moon.
Moon berpendapat inisiatif di tengah pandemi Covid-19 itu akan membantu menyelamatkan nyawa sembari membuka jalan menuju perdamaian di Semenanjung Korea.