REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasa bosan terhadap hobi atau sesuatu yang disukai tak hanya dirasakan orang dewasa, anak juga demikian. Menurut psikolog hal ini menjadi wajar ketika anak harus melakukan aktivitas rutin setiap hari.
Menurut psikolog anak dan remaja, Vera Itabiliana, sebenarnya orang tua tak perlu khawatir menghadapi situasi anak yang bosan dengan hobinya. Umumnya, orang tua langsung mencarikan solusi ketika buah hatinya merasa bosan. Padahal, menurut Vera, tahapannya tidak demikian.
“Karena orang tua paling tidak tahan melihat anaknya susah. Kalau anaknya sedih itu sepertinya kita ingin ambil penghapus untuk menghapus sedih dan marahnya. Padahal tidak mesti begitu,” kata Vera dalam konferensi pers 'Biskuat Academy 2020' secara virtual, Kamis (5/11).
Vera mengatakan, ketika orang tua mendengar anak mengeluh bosan, sebaiknya orang tua hadir untuk mendengarkan terlebih dahulu apa yang dirasakan anak. Hal ini merupakan bentuk fungsi atau peran orang tua sebagai pendamping anak. Orang tua bisa duduk di sampingnya dan menanyakan mengapa anak merasa bosan.
Vera mengatakan, terkadang anak hanya butuh didengarkan dan dipahami. Anak hanya ingin diperhatikan saat dalam suasana yang kurang nyaman.
“Biarkan anak mengemukakan, mengeluarkan dulu emosinya, didengarkan dulu, dipahami, dan diterima, bahwa emosinya dia itu wajar. Bahwa dia itu lelah, kesal karena kalah terus, dan lain-lain,” jelas dia.
Vera mengatakan, terkadang setelah anak telah merasa didengarkan, dipahami, dan diterima emosinya, nantinya anak bisa menerima dengan sendirinya. Dia akan merasa tidak apa-apa menjalankan hobinya lagi.
Jika anak mengalami bosan sampai menangis, Vera juga menyarankan agar orang tua membiarkan anak menangis terlebih dahulu. Sebaiknya, kata dia, orang tua tidak melarang anak untuk mengeluarkan emosi.
“Kita ikut nangis boleh tapi jangan lama-lama. Lalu, kita pahami dan kita terima, lalu ajak untuk mencari solusi bagaimana cara agar bosannya atau bete-nya hilang, agar anak bisa lebih merasa baikan,” kata Vera.