Jumat 06 Nov 2020 22:43 WIB

Sering Pakai Bensin Premium Disebut Bisa Picu Kanker

Konsumsi Premium sangat berbahaya untuk kesehatan.

Petugas SPBU. Penggunaan premium untuk kendaraan disebut berbahaya bagi kesehatan.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Petugas SPBU. Penggunaan premium untuk kendaraan disebut berbahaya bagi kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menggunakan Premium untuk kendaraan, selain bisa merusak mesin kendaraan, menurut Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Premium bisa memicu penyakit mematikan seperti kanker. Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudi mengingatkan, konsumsi BBM oktan rendah bisa memicu berbagai penyakit, termasuk kanker.

“Konsumsi Premium sangat berbahaya untuk kesehatan," katanya di Jakarta, Kamis (5/11).

Dijelaskan Safrudi, BBM oktan rendah akan membuat pembakaran di dalam mesin menjadi tidak sempurna. Ini terjadi, karena terbakarnya BBM di dalam ruang bakar hanya hanya karena tekanan mesin bukan karena percikan api dari busi.

Akibatnya, selain menjadikan mesin mengelitik (knocking), juga membuat banyak BBM terbuang dan menjadi emisi hidrokarbon, karbon monoksida (CO), dan nitrogen dioksida melalui knalpot. Nah, emisi hidrokarbon inilah yang memicu kanker.

Berdasar riset KPPB bersama Universitas Indonesia (UI), rata-rata air seni masyarakat Jakarta mengandung polysiclic aromatic hydrocarbons (PAH) 2.200 mg kreatinin. Angka tersebut, lanjut Safrudin sangat tinggi karena standar World Health Organizazation (WHO) hanya memperbolehkan 500 mg kreatinin.

Selain itu, di dalam urine juga ditemukan benzene yang juga sangat tinggi, yaitu 8,9 mg. Angka tersebut jauh di atas standar WHO, yaitu maksimal hanya boleh 0,3 mg kreatinin.

Dari temuan KPPB, PAH dan benzene pada urine masyarakat Jakarta tersebut berasal dari pencemaran hidrokarbon kendaraan bermotor. Jadi sangat wajar jika angka penderita kanker di Jakarta tinggi dan terus meningkat.

Tak hanya kanker, berbagai penyakit lain yang tak kalah berbahaya, juga mengintai. Selain itu, karbon monoksida yang dihasilkan juga bersifat racun dan nitrogen dioksida memicu penyakit paru-paru.

Temuan lain, bahaya BBM beroktan rendah seperti Premium akan mencemari lingkungan, yang pada ujungnya akan berdampak pula pada kesehatan manusia. Seperti mengganggu saluran pernafasan.

Apalagi di jalanan yang padat kendaraan. Akan berisiko menyebabkan gangguan pernafasan. Yang punya risiko asma bisa lebih memicu asma, sampai jangka panjang adalah kanker paru-paru.

Karena itu, langkah pemerintah bersama Pertamina mendorong penggunaan bahan bakar ron tinggi, seperti Pertamax, sangat bagus untuk mengurus dampak buruk polusi. Program Langit Biru perlu terus diperluas.

Menurut KPPB, semakin tinggi pengunaan BBM ron tinggi, maka risiko  pencemaran lingkungan yang hilirnya berdampak pula pada kesehatan manusia akan semakin rendah. Jadi, sangat tepat kebijakan untuk terus edukasi publik untuk tidak lagi menggunakan premium.  

Pengamat Otomotif Jusri Pulubuhu menambahkan, dengan edukasi bagus yang dijalankan pemerintah, secara perlahan publik akan menyadari dampak positif menggunakan BBM Ron tinggi. Bahkan, pemerintah disarankan tak ragu untuk mulai sepenuhnya menyalurkan BBM Ron tinggi.

"Pemerintah sebenarnya hanya perlu melakukan stop produk BBM oktan dan cetane rendah. Sudah saatnya masyarakat menggunakan BBM Ron tinggi karena memiliki banyak kelebihan, mesin awet, tenaga kendaraan terjaga, dampak buruk terhadap lingkungan juga lebih kecil, dibanding bahan bakar oktan rendah," ujar Jusri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement