REPUBLIKA.CO.ID, AGAM -- Pandemi Covid-19 yang tidak berkesudahan membuat pelaku UMKM harus berpikir kreatif demi bertahan hidup. Seperti pelaku UMKM kerajinan sulaman di Kapeh Panji Taluak, Kecamatan Banuhampu, Kabupayen Agam, yang memilih beralih ke usaha kuliner secara daring supaya perekonomian keluarga tetap aman.
“Saya mulai beralih berjualan makanan sejak April lalu, karena produk sulaman permintaannya bisa dikatakan tidak ada," kata pengrajin sulaman Henni Bahar, Sabtu (7/11).
Kini Henni beralih ke usaha rendang, kerupuk karak kaliang, kerupuk jamang dan jenis makanan lainnya sesuai permintaan. Penjualan produk kuliner ini dilakukan secara daring. Seperti melalui akun Instagram, Facebook dan Whatsapp.
Henni merasa penjualan produk kuliner melalui online cukup mudah karena ia dapat berinteraksi langsung dengan konsumen. Henni menceritakan ketika belum pandemi, omzet usaha kerajinan yang ia geluti beromzet sampai Rp 10 juta per bulan. Kini dengan usaha kuliner, omzet yang ia dapatkan berkisar dari Rp 3 juta hingga Rp 5 juta saja perbulan. Meski begitu, Henni tetap bersyukur melalui usaha kuliner, ia mampu bertahan dan menghidupi keluarganya.
Pesanan produk kuliner yang dihasilkan Henni ini tidak hanya untuk Sumatra Barat. Ia sudah mendapat orderan dari luar provinsi seperti dari Bandung, Pekanbaru, dan kawasan Jabodetabek.
"Harga jualannya pun bervariasi. Menurutnya, makanan seperti kerupuk kamang seharga Rp 30 ribu per kilogram. Konsumen yang memesan juga ada sebagian dari pelanggan kerajinan kami dahulu," ucap Henni.