REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kandidat presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat Joe Biden yakin ia sudah memenangkan pemilihan presiden 2020. Meski belum resmi diumumkan, wakil presiden Barack Obama itu mengalahkan Donald Trump di negara-negara bagian yang menentukan.
"Angka memberitahu kami, cerita yang menyakinkan dan jelas; kami akan memenangkan pemilihan ini," kata Biden yang didampingi calon wakil presiden AS Kamala Harris, Sabtu (7/11).
Hasil penghitungan suara tahun ini menjadi yang paling lama sejak tahun 2000. Pasalnya, petugas pemungutan suara masih menghitung suara yang dikirimkan melalui surat. Pandemi Covid-19 memicu warga untuk menghindari kerumunan besar di hari pemungutan suara.
Hingga saat ini ada ribuan suara yang masih dihitung sehingga belum diketahui kapan pemenang pemilihan presiden resmi diumumkan. Pendukung Biden di Philadelphia sudah menari di jalan-jalan. Sementara, pendukung Trump mengangkat senjata di Phoenix dan Detroit.
Mereka bersikeras pemilihan umum telah dicurangi walaupun tidak ada bukti pelanggaran apa pun. Di bawah bendera 'Stop the Steal' puluhan pendukung Trump berencana menggelar unjuk rasa.
Pidato Biden di Delaware rencananya untuk pidato kemenangan. Namun ia mengubah rencana tersebut karena belum ada stasiun televisi atau lembaga survei yang mengumumkan pemenang pemilu.
Trump tidak terlihat di Gedung Putih sejak Biden mulai memimpin di Negara Bagian Pennsylvania, Georgia, Arizona, dan Nevada. Biden unggul empat juta suara dari Trump. Ia mengatakan, kemenangannya ini menjadi mandat untuk mengatasi pandemi, kesulitan ekonomi, perubahan iklim, dan rasisme sistemik.
"Mereka menegaskan mereka ingin negara ini bersatu, tidak terus menerus terpecah-belah," kata Biden.
Ia berharap dapat menyampaikan pidato pada Ahad (8/11). Sementara, Trump menggalang dana sebesar 60 juta dolar AS untuk menggugat hasil pemilu. Namun, sejumlah orang di pihaknya mengatakan gugatan tersebut tidak terorganisasi, jadi sejauh ini mereka tidak menemukan keberhasilan di pengadilan.