Sabtu 07 Nov 2020 22:05 WIB

Veteran Militer AS Kesal Trump Serang Metode Pemilu

Sejak Perang 1812 tentara AS yang jauh dari rumah memberikan suara melalui surat

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
 Seorang pendukung Trump berdiri di luar Kantor Perekam Maricopa County, tempat penghitungan suara dalam pemilihan umum, Kamis, 5 November 2020, di Phoenix.
Foto: AP/Matt York
Seorang pendukung Trump berdiri di luar Kantor Perekam Maricopa County, tempat penghitungan suara dalam pemilihan umum, Kamis, 5 November 2020, di Phoenix.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sejumlah veteran militer Amerika Serikat (AS) kesal dengan serangan Presiden AS Donald Trump terhadap metode pemungutan suara melalui surat. Pasalnya sejak Perang 1812 tentara AS yang jauh dari rumah memberikan suara mereka melalui surat.

Di Twitter, Trump menyerukan agar penghitungan suara dihentikan. Ia juga melontarkan klaim tanpa bukti mengenai 'surat suara yang dibuang' sehingga lawannya Joe Biden dapat 'mencuri' pemilihan.

Baca Juga

Sementara Trump bersikeras suara militer melalui surat harus dihitung, pada Jumat (6/11) lalu tanpa memberikan bukti Trump mengatakan sejumlah suara anggota militer yang dikirim melalui surat 'menghilang'. Dalam upayanya untuk mengurangi kepercayaan terhadap integritas pemilu Trump menyerang pemungutan suara melalui surat.

Hal ini membuat kesal sejumlah veteran militer AS. Sebab anggota militer memenuhi hak demokrasi dengan mengirimkan suara melalui surat apabila sedang bertugas di luar negeri.  

"Semua pejabat di semua level termasuk Kongres harus mengatakan pada presiden 'Pak, Anda harus turut bersabar seperti yang seluruh negeri lakukan," kata purnawirawan laksamana Steve Abbot, Sabtu (7/11).

Abbot pernah menjabat sebagai penasihat keamanan dalam negeri pemerintahan George W. Bush. Kini ia adalah anggota koalisi petinggi militer yang mengadvokasi agar suara anggota militer dilindungi dan dihitung dengan benar, Count Every Hero.

"Tidak membantu demokrasi bagi (Trump) untuk terus membunyikan hal ini seperti alarm, ini tidak pantas," tambah Abbot.  

Tidak diketahui berapa sisa suara anggota militer yang dikirimkan melalui surat yang belum dihitung untuk menentukan pemenang di negara bagian yang menentukan. Pada 2016 lalu ada sekitar 250 ribu anggota militer AS yang mengirimkan suara mereka melalui surat tahun ini diperkirakan lebih banyak lagi.

Komisi Bantuan Pemilihan Umum AS mengatakan pada 2016 lalu negara bagian Georgia menerima lebih 5.600 suara dari anggota militer. Sementara North Carolina menerima hampir 11 ribu surat suara, Pennsylvania hampir 7.800 suara, dan Nevada sekitar 2.700 suara.

Kantor menteri negara bagian Georgia mengatakan sekitar 8.900 surat suara yang diminta anggota militer dan warga AS yang tinggal di luar negeri baru tiba Jumat (6/11). Suara itu akan menambah ribuan surat suara dari luar negeri yang sudah diterima dan dihitung.

Trump menyadari tingginya suara anggota militer di Georgia. "Ke mana surat suara militer di Georgia? Apa yang terjadi pada surat-surat itu?" cicit Trump.

Dua puluh delapan negara bagian dan District of Columbia menerima dan menghitung suara anggota militer yang tinggal di luar negeri yang tiba pada hari pemungutan suara. Surat suara dihitung sepanjang dikirimkan sebelum tempat pemungutan suara ditutup.

Kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden sudah mendapatkan 264 suara elektoral. Ia hanya perlu enam suara dari angka minimal untuk memenangkan pemilihan presiden yakni 270 suara.

"Luar biasanya betapa surat suara ini begitu berpihak," katanya Trump dalam pidatonya di Gedung Putih, Kamis (5/11).

Pernyataan itu dilontarkan beberapa jam setelah ia mencicit agar suara yang tiba usai hari pemungutan suara tidak boleh dihitung. "Saya tahu ini harusnya menguntungkan Partai Demokrat, tapi di semua kasus, semuanya sangat sepihak," kata Trump.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement