REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Aktris Hollywood Sharon Stone membagi kisah dan pengalamannya seputar akting, ketenaran, dan titik baliknya setelah mengalami strok di usia 43 tahun yang hampir merenggut jiwanya. Nama Sharon mencuat setelah membintangi film Basic Instinct (1992) bersama Michael Douglas dan sutradara Paul Verhoeven. Ia mengaku perannya tersebut mengubah kehidupannya secara cepat.
"Saya dulu memulai modeling di usia 19 tahun, lalu terlibat di iklan komersial dan televisi. Lalu bisa ikut membuat sebuah film dari studio besar seperti Paramount dan menjadi sebuah film box office. Itu adalah perubahan yang besar di kehidupan saya," ungkap Sharon melalui Mola Living Live, Sabtu.
Pemilihan kata Sharon pun dirasa tidak berlebihan karena berkat perannya itu ia mampu menjadi nominasi aktris terbaik di ajang Golden Globe. Kariernya terus menanjak dengan membintangi sejumlah film ternama termasuk Casino (1995) garapan sutradara Martin Scorsese.
Melalui perannya sebagai Ginger McKenna dalam Casino, ia memenangi Golden Globe 1997 sebagai aktris terbaik dan meraih nominasi Oscar pertamanya di tahun yang sama. Sharon mengaku dirinya selalu mempersiapkan diri secara total, bahkan pada saat audisi peran.
"Untuk Basic Instinct, saya bahkan tak terhitung sudah berapa kali membaca naskahnya untuk audisi. Persiapan sangat diperlukan (dalam akting)," kata dia.
Ketenaran yang ia dapatkan sempat membuatnya "terpenjara". Sharon mengungkapkan dirinya sempat tak bisa pergi ke mana pun tanpa adanya kamera yang mengikutinya.
Seiring dengan kariernya yang kian cemerlang, pada 2001 Sharon mengalami pendarahan otak dan strok di usianya yang ke-43. Kondisi itu hampir membuatnya dekat dengan kematian.
"Rasanya seperti saya yang biasa berada di mobil penuh kemewahan, tiba-tiba terpental jauh dan terluka hebat. Rasanya seperti saya harus merangkak untuk bangkit dan itu sangat berat. Namun bagaimana pun, saya memilih untuk melakukannya dan bangkit," cerita Sharon.
Pengalaman tersebut membuatnya berada di sebuah titik balik dan mengubah perspektifnya sebagai individu. Sharon mengaku ingin menggunakan apa yang ia punya, termasuk nama dan suaranya, untuk membantu banyak orang yang mungkin mengalami kesulitan yang sama besarnya seperti dia dulu.
"Itu mengubah cara pandang saya. Saya tergerak untuk menggunakan ketenaran itu untuk membantu orang lain, menjadikan suara saya agar memiliki maksud dan tujuan (bagi banyak orang)," kata Sharon.
Meski kini sudah berusia 62 tahun, dirinya tetapi masih terlihat bugar dan aktif di kegiatan sosial. Sebagai aktivis kemanusiaan, ia mendapatkan Peace Summit Award pada 2013.
Rencananya, pada Maret 2021 ia juga akan meluncurkan bukunya berjudul The Beauty of Living Twice. Buku itu berkisah tentang masa-masa sulitnya melewati maut hingga bagaimana ia menemukan dirinya kembali melalui aktivitas kemanusiaan.