Ahad 08 Nov 2020 13:14 WIB

Macron dan Krisis di Dunia Islam

Dunia Islam memang benar-benar sedang dilanda krisis, tanpa tanda-tanda jalan keluar.

Presiden Prancis Emmanuel Macron
Foto: AP/TF1
Presiden Prancis Emmanuel Macron

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Yahya C. Staquf, Katib ‘Aam Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dikecam keras karena menyatakan "Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia". Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, membalas dengan mengunggah tweet penuh kemarahan bahwa "umat Islam memiliki hak untuk membunuh jutaan orang Prancis," sementara seruan boikot atas produk Perancis menyebar ke seluruh dunia.

Namun, jika direnungkan dengan jujur, pernyataan Presiden Macron tersebut sebenarnya tidak mengandung pelecehan ataupun penghinaan. Pada kenyataannya, Dunia Islam memang benar-benar sedang dilanda krisis, tanpa tanda-tanda jalan keluar yang jelas.

Di antara wujud nyata dari krisis ini adalah konflik brutal yang sekarang berkecamuk di sebagian besar wilayah yang dihuni oleh Muslim, dari Afrika dan Timur Tengah hingga perbatasan India; gonjang-ganjing sosial yang merajalela di seluruh dunia Islam; penyebaran ekstremisme dan teror agama yang tidak terkendali; dan gelombang Islamofobia yang meningkat di antara masyarakat non-Muslim sebagai tanggapan langsung terhadap perkembangan ini. Krisis ini terkait dengan fakta bahwa dunia Islam belum menghasilkan kerangka teologis dan sosio-politik yang mampu memfasilitasi integrasi harmonis umat Islam sebagai keseluruhan dengan realitas kehidupan modern.

Di Eropa khususnya, hal ini telah menimbulkan “kecanggungan sosial” luar biasa. Karena tidak adanya kerangka yang sah dan otoritatif secara teologis, yang didasarkan pada syari’at, yang akan memungkinkan umat Islam untuk tinggal bersama orang-orang dari kepercayaan yang berbeda sebagai warga negara yang setara, kaum Muslimin Eropa sering kali terpikat pada kelompok-kelompok Islam yang menolak negara bangsa dan hukum yang dihasilkan oleh  proses-proses politik moderen.

photo
Protes kepada Macron. (AP Photo/Ariel Schalit) - (AP Photo/Ariel Schalit)

Hal ini, pada gilirannya, berkontribusi pada berkembangnya konflik yang semakin dalam antara kelompok identitas etnis, agama dan ideologis di seluruh Eropa dan dunia pada umumnya. Beragam pandangan dunia (world view) yang tampaknya tidak dapat berdamai satu sama lain, dan para pendukungnya, terlibat dalam pertarungan multifaset yang sengit untuk memperebutkan supremasi budaya, ekonomi, dan geopolitik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement