REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sebagai Muslim diwajibkan Tabayyun ketika mendapatkan sebuah informasi, terutama informasi yang datangnya dari orang-orang fasik. Di zaman banjir informasi ini Tabayyun perlu dilakukan demi mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat.
Pengasuh Pondok Pesantren Integritas Qur'an Bandung, KH Iskandar Mirza mengatakan, istilah Tabayyun dapat dijumpai dalam Alquran surah Hujurat ayat 6 yang artinya.
"Hai orang orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan musibah pada suatu kaum, tanpa mengetahui keadaannya (kebenaran berita), yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."
KH Iskandar Mirza menjelaskan, Tabayyun artinya meneliti, mengumpulkan data yang benar, akurat, dan lengkap, mendengarkan informasi dari kedua belah pihak, bukan sepihak, sehingga seseorang dapat mengambil kesimpulan atau keputusan yang adil.
"Sebelum kita memahami lebih dalam tentang pentingnya Tabayyun dalam ajaran Islam, cobalah tanya diri kita, adakah sesuatu yang kita dengar, kita lihat, dan yang kita rasa, yang luput dari tatap pandang Allah?, adakah semua itu tidak dimintai per tanggungjawaban kelak di akhirat?" katanya saat menyampaikan tausiyah melalui virtual, Ahad (8/11).
Menurutnya, jika masih ada rasa ujub, sombong, angkuh, dan takabbur dalam diri, maka cobalah ambil sebatang korek api, bakar, lalu padamkan apinya, sisakan baranya, lalu tempelkan di kulit tubuh.
"Rasakan dengan penuh rasa kejujuran, adakah kita merasa panas terkena bara itu?, lalu tanyakanlah diri kita, apakah tubuh kita kuat menahan panasnya bara neraka?"katanya.
Ilustrasi di atas kata KH Mirza, hanyalah bagian dari muhasabah diri kita, betapa pentingnya kita memeriksa kembali keimanan dan ketauhidan kita.
KH Mirza mengatakan, di zaman serba ingat semua urusan dunia, dan selalu lupa urusan akhirat dan kematian. Di mana perut lebih utama dari iman, kesuksesan dunia lebih penting daripada urusan akhirat, jika tak ingin disebut " حب الدنيا وكراهية الموت" cinta dunia dan takut akan kematian, yang mengakibatkan dies-orientasi makna kesuksesan dunia-akhirat, adalah wajib kita tanyakan nasib diri kita kelak di akhirat.
Akhir zaman ini, seakan membicarakan, mengumbar, dan me-ngibah aib saudara se-islam, seiman pada sesama saudara adalah hal lumrah, dan bebas dosa bebas pertanggungjawaban akhirat. نعوذ بالله من ذلك.
Peringatan Allah SWT, agar kita senantiasa berTabayyun sama sekali tidak kita gubris, dan tidak kita amalkan dalam keseharian kita. Mudah sekali rasanya kita menikmati rasa daging bangkai saudara kita, yang disuguhkan lewat berita berita tanpa data, tanpa fakta dan penuh bumbu rekayasa.
"Begitu lezatnya informasi sampah kita lahap begitu saja, padahal untuk memakan suatu makanan saja prosedur memasaknya begitu panjang," katanya.
Misalnya kata dia, mau makan telur mata sapi saja, kita harus cek dulu telurnya busuk atau bagus, lalu dicuci dahulu, siapkan wajan dan kompor, dipanaskan minyak dahulu, lalu dipecahkan telurnya, ditunggu sampai benar matang, lalu diangkat dan ditunggu dingin atau hangat untuk disajikan.
"Lalu bagaimana mungkin untuk sekelas telur mata sapi saja kita lakukan prosedur tabayyun yang sedemikian panjang, lalu kita begitu cepat melahap informasi tanpa proses dan prosedur tabayyun?. Betapa pongah dan bodohnya kita, wajar jika kita dijuluki dzolim dan bodoh oleh titah langit," katanya.
Untuk itu KH Mirza mengajak, cobalah kita renungi titah langit surah Al-Hujurat ayat 6 pertama, pembawa berita tanpa data disebut fasik, apakah itu dia orang beriman percaya dan berteman dengan orang fasik? Kalau orang beriman percaya dengan info orang fasik, di mana imannya saat menerima berita hoax saat itu.
Kedua, perilaku dzalim yang disemaikan pada mereka yang menerima, menikmati, bahkan meyakini dan mengikuti informasi yang tak berdasar fakta itu tanpa melakukan tabayyun, tanpa meneliti kebenaran berita yang didengarnya, akan mengakibatkan datangnya musibah bagi yang diomongin, betapa wajarlah perumpamaan Allah bagi mereka bagaikan memakan bangkai saudaranya.
Pertanyaannya, apakah bangkai boleh di makan dalam hukum Islam?, hukumnya haram, lalu berdasar perumpaan itu, artinya mendengarkan info sepihak "ngibah" haram pula hukumnya.
Ketiga, semua perbuatan dosa pasti berbuah siksa, dan semua bentuk kesadaran dan penyesalan fitrah hukumnya hadir diakhir episode.
Masalahnya apakah episode mereka yang menyebarkan informasi tak berdata (ngibah) dan yang menikmati ngibah tidak dibalas di dunia atau di akhirat perbuatannya itu?.
"Bagaimana jika perbuatan mereka berbalas musibah, berbalas petaka dan kehancuran hidup dunia-akhirat?" katanya.
Kata KH Mirza hal itu hanya Allah yang paling pantas dan layak mengukur dan memberikan balasan setimpal bagi pelaku dan penikmat ngibah (informasi tanpa data dan fakta). Dan biasanya balasan Allah SWT atas kedzoliman mereka jauh lebih sakit dan lebih adil.
Bagi mereka yang didzolimi oleh orang orang fasik dan orang orang dzolim, kesempatan menikmati fasilitas doa maqbul terbuka lebar untuk anda, inilah jalan mulus dimana anda mempunyai kesempatan emas untuk menadahkan tangan anda ke langit, minta dan berdoa lah dengan penuh khusyu'...agar anda mendapat keselamatan dunia-akhirat.
Semoga Allah SWT, senantiasa melindungi kita dari kelompok orang orang fasik (penebar fitnah, pembawa musibah, dan berita bohong nan dusta, tanpa data tanpa fakta dan hoax belaka, penebar berita sampah dalam bungkus ngibah). Begitupun semoga kita dihindari menjadi pendengar, penikmat, bahkan ikut mengamalkan berita ngibah dan dusta itu, amien.
"Semoga bermanfaat, dan dapat berbagi dakwah pada sesama insan seislam, seiman," katanya menutup majelis ilmu agamanya.