REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan pelat merah atau BUMN bidang konstruksi membukukan performa buruk selama kuartal III 2020. Berdasarkan laporan keuangan yang telah dirilis di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), penurunan kinerja terjadi baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih.
Pengamat BUMN dari Pusat Studi BUMN Syamsul Anam mengatakan, hal ini tak lepas dari fokus BUMN konstruksi yang pada umumnya menyasar segmen konstruksi pemerintah atau belanja modal pemerintah.
"Problemnya, saat ini belanja pemerintah diarahkan untuk penanganan Covid -19 yang berimbas pada menurunnya belanja konstruksi pemerintah," ujar Syamsul saat dihubungi Republika di Jakarta, Ahad (8/11).
Pasa saat yang sama, kata Syamsul, sektor swasta nasional juga cenderung menahan investasi dan belanja modal. Dosen Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, itu menyebut kondisi saat ini menjadi momentum baik menata kembali fokus pasar BUMN konstruksi, terutama dalam upaya untuk perluasan pasar.
Kata Syamsul, prospek BUMN sektor konstruksi nasional sesungguhnya sangat baik jika bisa mereposisi diri yang tidak saja menyasar pasar konstruksi domestik tapi maju untuk melayani pasar regional dan global.
"Untuk bisa menjadi pemain kunci pada pasar regional, BUMN kita perlu meningkatkan efisiensi usaha dan memahami permintaan pasar konstruksi regional," ungkap Syamsul.
Syamsul mengambil contoh pasar Asia Tenggara yang mana properti residensial masih sangat prospektif dan akan tumbuh pascacovid.
"Kita optimistis BUMN konstruksi kita akan segera bangkit kembali terutama jika pandemi mulai dapat dikendalikan," kata Syamsul menambahkan.