Senin 09 Nov 2020 00:51 WIB

Kamala Harris Dobrak Batasan dan Peluang Jadi Presiden AS

Kamala Harris sempat lawan Biden sebagai kandidat presiden nominasi Partai Demokrat

Red: Nur Aini
Wakil Presiden AS terpilih Kamala Harris menyampaikan pidato resmi menyusul kemenangannya di pemilu AS, Ahad (8/11) di Wilmington, Delaware.
Foto: AP
Wakil Presiden AS terpilih Kamala Harris menyampaikan pidato resmi menyusul kemenangannya di pemilu AS, Ahad (8/11) di Wilmington, Delaware.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kamala Harris mencetak sejarah pada Sabtu (7/11) usai terpilih sebagai wakil presiden dari Joe Biden. Dia menjadi perempuan pertama, orang Amerika berkulit hitam pertama, dan warga Amerika keturunan Asia pertama yang memenangkan posisi tertinggi kedua di pemerintahan Amerika Serikat.

Harris (56 tahun) secara luas dipandang sebagai kandidat yang jelas untuk nominasi Partai Demokrat pada 2024 jika Biden, yang akan berusia 78 tahun pada pelantikan mereka pada 20 Januari, memutuskan untuk tidak mengejar periode jabatan kedua. Harris belum mempertimbangkan spekulasi tersebut secara terbuka.

Baca Juga

Edison Research dan sejumlah stasiun televisi besar AS pada Sabtu memproyeksikan kemenangan mereka, berdasarkan hasil akhir yang belum resmi, meski presiden perjawat Donald Trump dari Partai Republik berjanji akan terus berjuang di pengadilan.

Harris, seorang senator AS dari Kalifornia, memiliki rekam jejak dalam memecahkan fenomena atap kaca atau glass ceiling. Dia menjabat sebagai jaksa distrik perempuan pertama di San Fransisco dan merupakan perempuan non-kulit putih pertama yang terpilih sebagai jaksa agung Negara Bagian Kalifornia.

Latar belakangnya di bidang hukum pidana dapat membantu administrasi Biden dalam menangani isu-isu ketimpangan rasial dan kepolisian usai AS dilanda berbagai protes tahun ini. Dia diperkirakan akan menjadi penasihat utama dalam nominasi yudisial.

Harris, yang ibu dan ayahnya masing-masing beremigrasi dari India dan Jamaika, melirik posisi sebagai presiden AS perempuan pertama saat ia berkompetisi melawan Biden dan sejumlah kandidat lain untuk nominasi partai Demokrat untuk pemilu 2020. Biden melihat melampaui beberapa kata-kata keras yang diucapkan Harris untuknya dalam kampanye itu dan menamai Harris sebagai cawapresnya di bulan Agustus.

Harris telah terbukti sebagai sosok yang penting dan ahli, menarik terutama bagi perempuan, kelompok progresif dan pemilih non-kulit putih, semuanya penting bagi harapan partai dalam pemilu.

Perempuan yang mengembangkan jaringan penggalangan dana untuk upayanya di Senat dan Gedung Putih, memiliki kontribusi penting dalam meraup jumlah uang yang mencapai rekor di bulan-bulan penutupan kampanye. Pemilihannya memicu kegembiraan dari basis Demokrat dan di antara para donor partai.

"Harris terus menjadi pasangan yang paling masuk akal untuk Biden karena dia memiliki kemampuan untuk membantunya mempersatukan koalisi Demokrat dari seluruh garis rasial dan generasi dan mampu meningkatkan antusiasme basis," kata Joel Payne, seorang penyusun strategi Demokrat yang bekerja untuk kampanye pemilu Hillary Clinton pada 2016.

Tuduhan dari kelompok progresif bahwa Harris tidak berusaha cukup banyak untuk menyelidiki penembakan polisi dan kasus hukuman yang salah ketika dia menjadi jaksa agung Kalifornia menjadi malapetaka bagi pencalonannya sendiri. Namun, isu-isu tersebut hanya muncul sedikit dalam masanya sebagai pasangan Biden.

Harris seringkali membela rekam jejaknya, dengan mengatakan dia telah bekerja sepanjang kariernya "untuk mereformasi sistem peradilan pidana dengan pemahaman bahwa sistem itu sangat cacat dan perlu diperbaiki."

Trump dan kampanye pemilihan ulangnya telah berusaha untuk menggambarkan Harris sebagai alat dari sayap kiri Demokrat, yang akan memegang kekuasaan dan pengaruh di belakang layar dalam kepresidenan Biden. Sebelum pemilihannya, sejumlah penasihat Biden mengatakan bahwa Harris mampu mengatasi kekhawatiran di antara beberapa orang di kubu Biden bahwa dirinya memiliki ambisi pribadi yang tinggi.

Harris telah menunjukkan dirinya sebagai pemain tim, mengambil peran yang tidak banyak mengambil perhatian dan mengadakan acara yang menarik sedikit atensi media. Pada saat yang bersamaan, ia sering berbicara tentang apa yang akan dilakukan Biden untuk negara jika terpilih dan melawan Trump dengan barapi-api.

"Joe dan saya dibesarkan dengan cara yang sangat mirip," kata Harris tentang Biden pada debatnya di bulan Oktober melawan Wakil Presiden Mike Pence. "Kita dibesarkan dengan nilai-nilai tentang kerja keras, tentang nilai dan martabat pelayanan publik dan tentang pentingnya memperjuangkan martabat semua orang."

Tugas Ganda

Harris mengemban tugas sebagai kandidat cawapres dengan pekerjaan hariannya di Senat. Sesuai dengan latar belakangnya sebagai jaksa, dia adalah pemeriksa silang yang cekatan atas Hakim Agung AS Amy Coney Barrett di sidang konfirmasi Senat Barrett pada bulan Oktober, merangkai pesan kampanye Biden tentang kesehatan dan perubahan iklim ke dalam pertanyaannya.

Sebagai satu-satunya perempuan kulit hitam di Senat, pada tahun ini, Harris menjadi suara terdepan terkait keadilan rasial dan reformasi polisi setelah polisi Minneapolis membunuh pria Afrika-Amerika George Floyd pada Mei. Dia berbaris dengan pengunjuk rasa di jalan-jalan Washington dan memenangkan beberapa skeptis liberal.

Dalam wawancara di program "60 Minutes", Joe Biden dengan cepat menyatakan lima alasannya saat ditanya mengapa dia yakin Harris akan siap untuk menjadi presiden jika sesuatu terjadi padanya, mengingat usia Biden yang telah mencapai 77 tahun.

"Pertama, nilai-nilai yang dipegangnya. Kedua, dia begitu pintar dan ketiga, dia memiliki tulang punggung seperti penyangga. Keempat, dia benar-benar berprinsip. Dan kelima, dia memiliki pengalaman yang signifikan dalam menjalankan departemen kehakiman di negara bagian terbesar, yang ukurannya kedua terbesar setelah Departemen Kehakiman Amerika Serikat. Dan tentunya, saya berharap itu tak pernah dipertanyakan," katanya.

Harris menikah dengan pengacara Douglas Emhoff, yang telah menjadi pelengkap di jalur kampanye. Kedua anak Emhoff dari pernikahan sebelumnya menyebut ibu tiri mereka sebagai "Momala".

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement