REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan vaksin virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) buatan Indonesia, yaitu Merah Putih oleh Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman masih terus berjalan. Bahkan, penelitian dan pengembangan vaksin kini mencapai 55 persen.
"Pengembangan Vaksin Merah Putih masih 55 persen dan kami masih dalam proses mengekspresikan (menghasilkan) protein rekombinan. Ini yang menjadi target kami," kata Eijkman.Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio saat dihubungi Republika, Ahad (8/11).
Amin menambahkan, Eijkman kini tengah menanti sel mamalia maupun sel ragi yang sudah disisipi dengan gen virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) supaya bisa memproduksi protein rekombinan. Menurutnya, gen ini bukan dari sel mamalia melainkan dari Covid-19 yaitu protein S dan protein M.
Kendati demikian, pihaknya menyadari upaya ini tidak selalu berhasil karena menunggu pengaturan kondisi sel yang terbaik. "Yang jelas, kami sudah ambil (gen), perbanyak, dan disisipkan di dalam sel mamalia dan sel ragi. Kemudian, sel mamalia dan sel ragi itu akan memproduksi protein-protein rekombinan itu," katanya.
Amin mengatakan, proses ini terus berjalan, tetapi tidak bisa tergesa-gesa karena mengekstrak atau menggunakan sel makhluk hidup. Kemudian setelah protein rekombinan diperoleh dan sudah dikarakterisasi, LBM Eijkman akan mengujinya pada hewan.
Menurut Amin, pengujian ini dilakukan di laboratorium milik Eijkman. Kata dia, setelah bibit vaksin yang sudah direformulasi akan diserahkan pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Penghasil Vaksin Bio Farma.
Pihaknya berharap, protein rekombinan dan uji pada hewan yang dilakukan LBM Eijkman bisa selesai sekitar Februari atau paling lambat Maret 2021. Sebab, LBM Eijkman hanya diberi waktu sampai Maret 2021.
Dia menyebutkan, Bio Farma melakulan uji pre klinik, uji klinik tahap 1, 2, dan 3 vaksin ini. Meski proses tersebut akan dilakukan Bio Farma, Amin memastikan pihaknya tidak akan lepas tangan dan ikut memantau prosesnya.
Dia optimistis pengembangan vaksin Merah Putih lancar. Kemudian, diharapkan vaksin bisa diproduksi massal di kuartal pertama hingga kedua 2022 mendatang.
"Diharapkan vaksin merah putih bisa memenuhi sekurang-kurangnya 50 persen dari kebutuhan total karena untuk kemandirian vaksin," katanya.
Terkait harga vaksin, Amin mengaku, masalah ini ditentukan pihak industri yang memproduksi.